Saya tidak
begitu mengerti tentang gerakan politik,
jujur saja. Juga tidak memahami sejarah gerakan kepemudaan di negri ini secara
politis. Saya Cuma tau bahwa, dulu, Soekarno, Tan Malaka, Sjahrir, Hatta dan
bapak-bapak pendiri republik ini pernah muda, pernah jatuh cinta, dan tentu
saja pernah melakukan hal-hal bodoh yang identik dengan anak muda: gegabah dan
revolusioner. Masih ingat kan? Bagaimana kelompok pemuda Soekarni, Wikana dan Chaerul
Saleh mendadak
menculik Soekarno-Hatta untuk segera mengumumkan proklamasi? Meski sempat
bersikeras tak mau, akhirnya Soekarno-Hatta dan para golongan tua merumuskan
naskah proklamasi di Rengasdengklok, dan keesokan harinya baru membacakannya di
Pegangsaan timur, kediaman Soekarno. Pembacaan
proklamasi ini tanpa melalui PPKI. Rebel sekali bukan? Hasilnya? Indonesia jadi
merdeka secara nekat. Bayangkan jika tidak ada desakan dari Sukarni dan
kawan-kawan, kemerdekaan Indonesia tentu saja entah kapan tercapainya. Kita butuh kegilaan-kegilaan dan kenekatan
seperti ini dalam kehidupan. Bersyukurlah karena kita ini masih muda.
Muda?
Apakah perkara
umur?
Tidak. Ini
tentang jiwa.
Seorang
kakek-kakek bisa jadi masih muda jika ia terus berfikir tentang masa depan,
kemajuan, inovasi dan memenuhi hari-harinya dengan impian-impian. Anak muda
hanya punya mimpi dan keberanian. Mimpi mendorong mereka untuk memiliki harapan
akan masa depan, sedangkan, keberanian membawa mereka untuk menciptakan
perubahan.
Perubahan macam
apa?
Mahatma Gandhi
pernah berkata,”Jadilah perubahan yang ingin kau saksikan”. Dari sini, saya
gagal paham jika ada orang yang suka memaksakan kehendak untuk merekrut
seseorang dalam aktivitas mereka. Baik
itu aktivitas kemanusiaan, politik atau yang lainnya. Bukankah, minat dan cara
kita tak sama?
Sejalan dengan
organisasi mahasiswa,
Ikutilah
organisasi yang menurutmu paling mendekati dengan minatmu. Untuk apa? Berlatih.
Enaknya jadi mahasiswa adalah, kau punya kolam untuk berlatih sebelum berenang
di lautan. Sudah pernah baca “17 Indisputable Laws of Teamwork”-nya John
Maxwell? Mustahil kau akan meraih impian sendirian. Untuk itulah, organisasi
diperlukan. Untuk mengumpulkan kekuatan. Kita semua tahu bahwa lidi yang
digabungkan jadi satu akhirnya fungsional, tidak berupa batangan saja.
Organisasi
politik atau kemanusiaan?
Hm…pertanyaan
yang menjebak.
Jika menilik
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, politik berarti proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Tapi? Pada prakteknya? Jika kita merunut
sejarah dan bertemu dengan Aristoteles, maka, politik adalah usaha yang
ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Kembali ke
pertanyaan awal,
Lalu, Organisasi
politik atau kemanusiaan?
Sebenarnya
keduanya sama dalam hal tujuan, namun berbeda cara. Dalam era demokrasi, jika
mengaitkan politik sebagai kegiatan bernegara, maka harus ada proses demokrasi yang
menghasilkan pemimpin sesuai dengan konstitusi. Untuk organisasi kemanusiaan,
biasanya tergantung kebijakan lokal organisasi tersebut, namun tujuannya
harusnya sama. Demi kebaikan. Para pelaku politik akan menjalankan negara dengan
aturan-aturan yang bermanfaat untuk rakyat, dan para pemimpin organisasi kemanusiaan
bekerja demi memberi manfaat pada target mereka.
Lalu?
Hubungannya dengan organisasi mahasiswa?
Seperti yang
saya bilang di awal. Organisasi mahasiswa adalah kolam.
Dulu, saya
sempat aktif secara politis di Serikat Mahasiswa (Student Union). Organisasi
ini lebih bersifat politis, advokasi dan diskusi-diskusi pergerakan. Saya juga
sempat mendirikan Save Street Child yang lebih bergerak ke ranah kemanusiaan.
Keduanya saling-silang. Melengkapi. Dan, dari sana saya banyak belajar.
Dimulai dari
modal nekat, Save Street Child saat ini sudah menjadi yayasan, dan telah
melayani ratusan anak-anak jalanan mendapatkan hak pendidikan mereka kembali:
pembiayaan uang sekolah, penyediaan fasilitas belajar, pengadaan akses kejar
paket, hingga bersenang-senang ke berbagai tempat wisata. dan tentu saja,
persahabatan.
Semua bermodal
nekat. Dan itu menyenangkan. Kita tak punya hutang pada siapapun. Semuanya
mengerjakan program secara sukarela.
Kenapa pemuda harus
gila?
Karena Cuma itu yang
kita butuhkan dari sekedar keberanian. Kadang-kadang, out of mind harus dibutuhkan
untuk membuat perubahan. Boleh kok, salah, nanti bisa diperbaiki. Tapi, Cuma orang
gila yang mau melakukan hal tidak biasa dan sudah pasti akan menimbulkan kontroversi.
Tapi, selama niatnya baik kenapa tidak? Seperti yang saya bilang tadi…… kalau salah
bisa diperbaiki kok.
Shei.
1 komentar:
Bener2 keren kak. Makasih banyak tulisannya menginspirasi untuk jadi lebih baik, dan banyak bersyukur. Semangat trus kak shei :)
Posting Komentar