Minggu, 16 Juni 2013

Lili Telah Pulang. #BantuLili Ditutup



Sabtu, 15 Juni 2013 merupakan salah satu hari yang tidak akan pernah saya lupakan. Hari itu, si cantik Lili telah pulang. Gadis yang kita dukung bersama-sama itu telah dipanggil ke Rahmatullah. Inalilahi wa innailaihi raji’un. Sedih karena rindu, haru karena perjuangannya, dan bahagia karena Allah-lah yang kini mendekapnya dengan erat. Lili, kamu sangat menginspirasi. Begitu belia, energik, dan ramah. Tapi menghabiskan waktu kelulusan SMA di Rumah Sakit ditemani ibu yang tiada pernah kekurangan cinta untuk dibagi, begitu beruntungnya anak itu, begitu mulianya ibumu.
Pertama kali mendengar kabar bahwa Lili telah tiada, tangan saya gemetar. Saya langsung teringat Mak Iis yang sedang dalam perjalanan kesana ingin memberikan donasi dari teman-teman sekalian, karena hanya pada Sabtu dan Minggu kami libur. Alangkah terguncang hati saya, pecahlah tangis. Saya sangat sedih dan langsung membayangkan wajah Lili saat terakhir saya kesana, Selasa lalu. Saya langsung menelepon Mak Iis sambil menangis. Dia hanya bilang “I know… I know… we have to let her go… Allah lebih sayang Lili daripada siapapun”. Aku tahu dia juga sedang menahan tangis dalam perjalanan. Mak Iis menuju rumah Lili dengan uang senilai Rp, 1,350,000 hasil patungan teman-teman untuk meringankan kebutuhan Lili. Uang itu belum sempat diserahkan oleh Mak Iis karena sore itu rumah duka sangat penuh, Ibu Lili berkali-kali pingsan. 

Akhirnya, Mak Iis mentransfer kembali uang tersebut ke saya dan harus saya berikan pada malam harinya. Mak Iis harus survey satu keluarga di Bogor atas permintaan saya. Beberapa hari lalu, saya didatangi single mother gharim yang harus melunasi hutangnya atas biaya kelahiran anak ketiganya. Ia terjerat hutang dari rentenir dan harus dibayar hari itu juga karena sudah jatuh tempo. Dia juga bercerita tentang tanggungan 8 adik dan 3 anaknya tanpa tahu ayah mereka dimana. Inisiatif kami, mereka akan diikutkan program Patungan Orang Tua Asuh (POTA) Save Street Child, namun sayang, Mak Iis belum berjodoh, nomor handphone Ibu tersebut belum bisa dihubungi. Mungkin kami akan coba lain kali.

Setelah menyelesaikan kewajiban, malam harinya saya langsung berangkat ke Tangerang bersama Endang (8 tahun). Pukul 21.30 WIB kami sampai di Sumur Pacing, Tangerang. Rumah duka sudah agak sepi. Saya masuk dan melihat Ibu sedang duduk sambil menatapi foto-foto Lili semasa SMP. Begitu saya datang, saya peluk Ibu dan mengelus-elus punggungnya yang sudah termakan usia itu. “Alhamdulilah Bu, Lili sudah tenang, sudah tidak sakit, sudah didekap Allah…”. Ibu sesenggukan. Ia sudah ikhlas rupanya. Hidungnya masih memerah, matanya sembab. “Alhamdulilah neng…. Ibu ikhlas.. Allah lebih sayang Lili…. Lili udah sembuh sekarang”. Kami berpelukan. Merasakan kehangatan cinta masing-masing pada Lili. “Boneka yang neng kasih itu, dibawa-bawa terus…Boneka itu yang nemenin Lili sampai nggak ada”. Saya menangis mendengarnya. Saya biasanya penakut. Keluar malam pasti tidak berani, entah kenapa, Selasa saya nekat berkunjung ke Rumah Sakit Awal Bros Tangerang. Padahal jadwal berkunjung saya seharusnya tgl 22 Juni karena banyaknya aktivitas. Allah memang Maha Baik. Dia menyematkan keberanian dalam diri saya yang pada akhirnya bisa berkunjung sampai tengah malam di Tangerang. Ternyata, hari itu memang terakhir kalinya saya harus bertemu Lili dan bisa berkesempatan memberikan  boneka sebagai teman tidur sampai ia tertidur selamanya.

Malam itu, saya berbincang ringan tentang Lili bersama Ibu. Mengingat-ingat bagaimana masa kecilnya hingga sekarang, melihat-lihat album fotonya, dan menertawakan kejadian-kejadian lucu yang pernah dibuatnya. Kami rindu Lili, amat sangat. Setelah mengobrol dan memeluk Ibu, saya harus segera pulang, karena Endang sudah mengantuk. Keesokan harinya, kami juga harus pergi pagi-pagi. Sebelum pulang, saya merogoh dompet dan mengeluarkan donasi untuk Lili. Saya serahkan ke Ibu, namun Ibu menolak. “Nggak usah neng.. Lili udah sembuh, Lili udah nggak ada. Ini biarin neng kasih ke orang lain yang lebih butuh”. Padahal ia pun sehari-harinya mencucikan baju tetangga, dan berjualan kue-kue. Namun, Ibu tidak ingin amanah teman-teman ini sia-sia. Saya sudah mencoba membujuk Ibu dengan alasan untuk lunasi biaya selama Lili dirawat. Tapi ia tetap menolak,”Ibu gak punya hutang, neng. Punteun atuh, bukannya nolak rejeki…Teman-teman Lili banyak sekali…. Mereka sudah bantu Lili sampai sekarang. Alhamdulilah. Ini biar neng kasih ke orang lain yang membutuhkan, anggap sodaqoh dari Lili, mohon doanya ya neng..”.

Saya berkaca-kaca. Akhirnya saya menceritakan rencana saya dan teman-teman untuk mengunjungi adik yatim yang menderita kanker mata di daerah Pondok cabe, Tangerang. Ibu senang. Katanya, biar amanah ini sampai di tangan orang yang tepat, biar Lili juga dapat barokah. Alhamdulilah. Betapa jernih hati orang-orang yang dekat dengan saya. Saya selalu merasa bersyukur dari hari ke hari. Saya belajar dari waktu ke waktu, dari orang-orang seperti ini. Allah memang Maha baik. Saya didekatkan dengan orang-orang baik supaya tugas-tugas baik dapat berjalan dengan lancar atas izinNya.
Barakallah.

Semua niat teman-teman untuk Lili sudah tersampaikan, dan sekarang, bairkan donasi tersebut menjadi saldo untuk #Bantu adik yang lain.
Terima kasih sudah percaya. 

Terima kasih sudah menyebarkan benih-benih cinta untuk sesama. Mudah-mudahan, kita tak pernah lelah menjadi kaki-tanganNya dalam menyampaikan bahasa-bahasa rahmat yang penuh cinta. 

InshaAllah.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More