Siapa menyangka persaudaraan bisa bermula dari
entah-dari-mana? Itu yang terjadi pada saya dan Lili. Gadis berusia 19 tahun
yang sedang terbaring lemah melawan penyakit Lupus sejak beberapa minggu lalu.
Awalnya saya tak kenal Lili itu siapa, saya hanya tau dari sahabat Saya, Mak
Iis yang kebetulan dikenalkan temannya juga. “Anak ini butuh bantuan, tolong
dong”. Sesimpel itu. Kami mendiskusikan tentang Lili sambil setengah merem
sewaktu habis meeting dengan teman-teman Little Step BFL yang sedang bekerja
sama dengan Save Street Child dalam pengumpulan sepuluh ribu buku. Saya percaya
tidak ada yang kebetulan, dan kejadian ini memang jodoh kami.
Setelah lupa beberapa saat, saya kembali menanyakan ke Mak
Iis perihal Lili. Saya ini tipe orang yang susah move-on, jadi sering
keinget-inget segala sesuatu termasuk mantan pacar, esshhhh, hihii….. bukaan, termasuk
apapun yang telah kami bicarakan tentang Lili. Mak Iis akhirnya menceritakan
bahwa Lili sudah dipindahkan ke Rumah Sakit yang lebih kompeten, RS. Awal Bros.
RS. Awal Bros? menurut saya itu lebih mirip nama games daripada nama Rumah
Sakit. Hihi..
Kamis kemarin, hari libur yang lumayan untuk bersantai.
Libur bagi saya adalah entah jalan-jalan atau tidur seharian. Ah. We can sleep
when we die. Jadi apalah arti hari libur. Mumpung masih muda, tubuh masih
sehat. Baiklah, kami putuskan untuk menjenguk Lili, sekalian kenalan. Thanks to
Mak Iis yang mengenalkan saya sama Lili, I’m sooo grateful to have her.
Kami tiba di RS. Awal Bros siang hari, hampir zuhur, ketemu
dengan teman-temannya Lili juga, Asri dan Hani. Kami berempat segera menuju
tempat Lili di Ruang nomor 325. Sesampainya di sana, kami bertemu Ibunda Lili,
Bu Ida Rosida (sunda banget ya namanya hihi), dan kami mengobrol basa-basi.
Ngobrol basa-basi ngga lama, Bu Ida terlihat kikuk dan memainkan
kelambu kamar pasien. Ia terlihat bergetar, pundaknya ringkih. Saya langsung
memeluknya. Benar saja, ia menangis saat itu juga. “Saya ini janda neng… saya
hidupnya susah…tapi biarlah saya susah, ini Lili neng… hati Ibu sakiiit sekali
melihat Lili lemas begini…. “ Saya tersenyum kepadanya, mengusap punggungnya
dan menenangkan hatinya. “Ibu hebat sekali, saya bangga bisa kenal ibu. Mari
kita lihat semua ini sebagai ibadah ya bu, semua perjuangan ibu selama ini,
adalah ibadah, untuk bekal nant”. Ia makin menangis, “Tiap hari ibu doa,
tahajud, Ya Allah..alhamdulilah dijawab hari ini Ya Allah…makasih banyak
neng..baik banget…”. Saya lagi-lagi tersenyum,”Bukan saya yang baik, saya Cuma dikirim
Allah untuk membantu ibu. Allah yang Maha Baik bu, bersyukur pada Allah.
Sekarang, Ibu tau kan? Ibu tidak sendirian. Use me, saya masih muda bu, kalau
ada apa-apa, tolong telepon saya, anggap saya kakaknya Lili.” Akhirnya ia bisa
tersenyum, dan kami menemui Lili. Lili selalu ngedrop badannya jika melihat ibunya
menangis. Ternyata memang, penderita Lupus itu tidak boleh stress, karena
antibodinya akan semakin menurun.
Saya sempat mengobrol dengan Lili yang sangat kurus itu. Ia
lemas. Bahkan tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. “Lili apa kabar?” saya
memulai pembicaraan. “Baik kak” katanya sambil mencium tangan saya, sopan
sekali. Kami mulai berkenalan dan banyak menceritakan tentang masa sekolah
Lili. Berkali-kali saya memujinya yang supel dan banyak teman itu sehingga
banyak juga yang menjenguk dan mmeberinya bantuan. “Kemaren Lili
pingsan-pingsan terus neng, di RS Melati, terus Ibu tubruk aja kesini, Bismillah, ibu ngga ada uang, Ibu nekat aja
daripada lili kenapa-napa. Habis pindah kesini dan dikasih tindakan, neng..
Lili udah bisa melek. Tadinya jantung ibu udah copot kemana… alhamdulilah…. Masih
tertolong”, ujarnya dengan mata agak sembab, tapi Ibu mencoba tegar demi Lili.
“Wah, Hebat dong.. Lili temennya banyak sih….” Sahut saya
kemudian. Lalu Ibu bercerita tentang prestasi-prestasi Lili yang pernah
menjuarai lomba Biollogi di kampus-kampus seperti Mercubuana. Lili termasuk
siswa yang cerdas meski hidup dalam kemiskinan. “Ibu nggak punya rumah
neng..tiap hari juga Cuma jualin kue orang… sambil bantu-bantu nyuci dari rumah
ke rumah… yang penting buat anak-anak lah”. Ujarnya kemudian.
Saya merasa bersyukur mengenal mereka. Dan , dengan waktu
dan tenaga serta rizki yang dianugerahkan oleh Allah ini, saya berjanji untuk
membantu Lili supaya sembuh dan bisa melanjutkan hidupnya. Lili baru saja lulus
UN, dan saat ini terbaring lemas. Saya kemudian mengajak teman-teman SMA untuk
menjenguk Lili secara berkala ditengah-tengah kesibukan mereka mencari kampus.
Berkenalanlah kami dengan Bowo, salah seorang teman Lili yang saat itu cowok
sendiri. “Kamu jadi coordinator ya, pokoknya gue ngga mau tau, lo harus atur
jadwal piket jenguk Lili sekali sehari, sejam aja. Tugasnya Cuma bawain dia
buku, dan ajak ngobrol, biar gak kesepian aja”. Bowo awalnya ragu-ragu, namun
akhirnya dia mau, dan mereka berkomitmen untuk menjalankan tugas
sebaik-baiknya. Saya dan Mak Iis akhirnya pamit pulang karena masih ada meeting
dengan TV One sore itu. Kami berecana akan menggalang dana untuk Lili.
Jika siapapun kamu ingin berpartisipasi, silakan donasikan
dana kamu ke Rek. BCA 4910289492
atas nama Shefti Lailatul.
Ini adalah SALDO PRIBADI rekening BCA terakhir per 07 juni 2013: Rp. 1,107,569,29
Setiap penambahan saldo mulai hari ini, berarti diperuntukkan Lili (kecuali mutasi rekening sekitar tgl 10 Juni senilai Rp,500,000 untuk uang overtime kerjaan hehe).
Berikut ini hasil rekapitulasi rekening BCA saya per 10 Juni 2013 (terhitung sudah 4 hari sejak online donation dibuka untuk #BantuLili ya). Terkumpul Rp, 650,000. Silakan Download disini .
Sebarkan kebaikan, meski hanya dengan klik komputer.
Terima kasih sudah membaca :)
Be blessing for the universe, pals…
Salam Penuh Cinta,
Shei Latiefah
sheilayla@yahoo.co.uk
2 komentar:
Mungkin bisa juga dimasukkan ke www.rombongansedekah.com
Hai mbak, boleh tahu kondisi medis Lili sekarang? Misalnya organ tubuh bagian mana yang diserang Lupus dan pengobatan apa yang dibutuhkan. Kebetulan saya juga odapus..tergolong baru beberapa tahun, mungkin bisa berbagi dan membantu Lili.
Thank you :)
loveinthetimeoflupus.blogspot.com
Posting Komentar