Indonesia tanah yang mulia, tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada, untuk s'lama lamanya
Indonesia tanah pusaka, p'saka kita semuanya
Marilah kita mendo'a, Indonesia bahagia
---Lirik kedua dari “Indonesia Raya” Cipt: W.R. Supratman, 1928.
Tak banyak orang yang mengerti arti mencintai tanpa syarat. Tapi, setidaknya, saya mengerti sejak malam itu. Malam dimana saya dipertemukan dengan perempuan-perempuan luar biasa yang menunjukkan bahwa, bagaimanapun sulit dan pahitnya, mereka mencintai Indonesia.
Pemaknaan nasionalis, seperti yang sering digaungkan pemimpin negri ini dari balik menara gadingnya, tampak tersemat dalam seuntai senyum dan rona merah bahagia 89 perempuan-perempuan yang berada di panggung apresiasi She Can Award 2013. Sebuah ajang penghargaan dwi tahunan dari PT. Tupperware Indonesia untuk perempuan-perempuan yang memiliki 3 E sesuai nilai yang mereka anut: Enlighten, Educate dan Empower. Perempuan-perempuan yang hadir pada malam itu merupakan perempuan yang luar biasa, yang dapat membawa diri mereka menjadi bagian dari pemecah masalah yang melanda negri: kurang pangan, pengangguran, kemiskinan, permukiman kumuh, dan masih banyak lagi. Perempuan-perempuan tersebut memberi warna dan harapan baru bagi negri yang pesakitan ini.
Malam itu, saya dipertemukan oleh Murniati Duddin, sang guru muda honorer dari Sulawesi Selatan yang harus mengarungi laut untuk menuju ke tempatnya mengajar P. Tanakeke. Ia harus menyebrang selama 2-3 jam tergantung cuaca. Dan apabila cuaca buruk, Mbak Murni harus siap untuk “setor nyawa” karena ia tak bisa berenang. Alhamdulilah, sampai hari ini, ia masih diselamatkan. Mbak Murni ini benar-benar menunjukkan secara nyata frasa “Atas nama pendidikan, maka badai akan kuterjang” yang sesungguhnya.
Poster Kampanye Mangrove
(doc: pribadi)
Sang Guru sedang berbagi ilmu
(doc: pribadi)
Saya juga bertemu dengan Mbak Priskilla Smith Jully Wright sang bidadari dari Semarang. Seorang perempuan yang istimewa, karena, ia mampu melihat dengan mata hatinya. Mbak Priskilla ini seorang diffabel yang mampu memberikan cinta untuk anak-anak terlantar. Ia menjadi seorang diffabel akibat usaha pengguguran kandungan yang gagal, karena keluarganya menginginkan anak laki-laki. Namun, keterbatasan fisik dan diasingkan oleh keluarganya tidak membuat Mbak Priskilla menjadi lemah. Meski sempat frustrasi bahkan nyaris bunuh diri, Priskilla Smith Jully Weight kini mampu membalik kekurangannya menjadi kekuatan yang luar biasa. Ia mendirikan The School of Life dan menjadi pelindung dan pengasuh bagi anak-anak yang dicampakkan keluarganya.
Mbak Priskilla dan anak-anak asuhnya
(doc: Tupperware She Can)
Mbak Berti Sarova, Sang Pejuang TKI
(doc: Tupperware She Can)
Kisah-kisah di atas hanyalah sebait dari perjuangan 89 perempuan lainnya dalam mencintai negri dan hidup. Kemampuan luar biasa itu menunjukkan bahwa, jender bukan lagi masalah besar. Laki-laki dan perempuan berperan beriringan dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang baik.
Dan, setelah malam itu. Saya menjadi sadar bahwa saya hanyalah debu di awan biruuuuu~
Gallery
Warm Smile of Happiness
(doc: pribadi, photo by: Arie Macca)
Selfie Pose
(doc: pribadi, photo by: Arie Macca)
A New Family of She Can Women 2013
(doc: pribadi)
Partner in Crime :)
(doc: pribadi)
Jadwal "She Can Award" 2013, don't miss it :)
Untuk melihat kiprah perempuan lainnya, silakan klik link berikut ini
Untuk Melihat liputan tentang Save Street Child, silakan klik:
- Trans 7 (part 1)
- Trans 7 (part 2)
Penuh Cinta,
Shei
0 komentar:
Posting Komentar