Pernah mengucapkan “Selamat Pagi, Apa Kabar” dalam sebuah percakapan singkat di handphone kamu dan menyapa secara random kontak yang ada? Saya pernah. Tidak random. Semua terjadwal. Karena saya sedang diamanahkan sebuah organisasi sosial, jadi pendekatan emosional ke relawan-relawan itu penting. Supaya kinerja mereka semakin membaik dan semakin dekat hubungannya.
Nah, kejadian ini tidak sengaja sih. Hadiah dan sebuah pembelajaran yang tak ternilai. Metode “sapaan pagi” ini baru saya mulai sekitar seminggu terakhir ini. Secara personal, saya kirim satu-per-satu pesan singkat yang berisi “ucapan”, “tanya kabar”, lalu “doa baik untuk menjalani hari”. Semudah itu, sesingkat itu. Tapi, siapa tau? Metode tersebut efektif sekali untuk menjalin kekerabatan.
Suatu pagi, saya menjalankan keisengan metode tadi pada seorang relawan.
Sesuai pengakuan setelah kami bertemu malam setelahnya, dia berkomentar. Sial, ini ngapain sih Kak Shei ngirimin pesan pagi-pagi. Pasti mau nyuruh-nyuruh (suudzon anjis)
Lalu dia mengecek HP nya ditengah pengerjaan tugas kuliah. Dan menemukan saya cuma kirim pesan “selamat pagi”.
Buru-buru dia balas “Sori, kak... Lagi kelas ini” dengan harapan saya tidak memberi instruksi macam-macam. Sompret : ))))
Setelah itu, saya cuma balas...
“Oh, gitu... semoga hari ini berkah ya.... Semoga berbahagia” tanpa menginstruksikan apapun.
Dia heran. “Tumben kak Shei nggak nyuruh apa-apa” (ini bagian sialan).
Masih penasaran, dia membalas “Kenapa sih kak? Aneh deh”.
Lalu saya balas, “Gak apa-apa, Cuma mau nyapa aja. HIH!”
“Astaga..makasih kak. Udah lama aku gak disemangatin kayak gini. Terakhir disemangatin hampir setahun yang lalu pas masih punya pacar” (ini bagian paling bikin males, haha)
Lalu dia mengajak ngopi sambil ngobrol malam setelah saya kirim pesan singkat tersebut.
Iya, curhat.
Dasar ABG.
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar