Tulisan ini dibuat untuk sahabatku, Mak Deski,
yang sedang meneruskan estafet kepemimpinan Save Street Child.
Selamat pagi, Mak Deski. Semoga sewaktu membaca
surat ini, kamu pas lagi sehat ya.
Aku bahagia sekaligus terharu, bahwa, Save Street
Child yang awalnya adalah project iseng, bisa jadi seserius sekarang. Selain,
project ini diadaptasi secara kreatif di 16 kota lain, Save Street Child kini
sudah berbentuk Yayasan. Setauku, tidak banyak komunitas yang secepat ini
menjadikan dirinya badan hukum (kurang dari 3 tahun!). Tentu saja, karena
keribetan prosedural, administratif, dan semacamnya, badan hukum ini menjadikan
kita harus lebih serius mengurusi pekerjaan iseng-iseng ini. Lupakan
keteledoran yang biasa kita lakukan di masa lalu. Tahun ini, SSC sudah wajib
melaporkan pajak! Hihi.... seru juga ya.
Aku tahu,
Kau mungkin terkaget-kaget dengan segala
eskpektasi di rapat kerja kemarin. Mimpi kita selangit! Kita ingin anak-anak
marjinal yang biasa dilupakan ini mendapat haknya: bermain dan memperoleh
pendidikan. Sudah berapa puluh tahun kita merdeka? Kenapa mereka masih selalu
ada?
Ada beberapa pikiran liar yang menembak bahwa,
ngurusi anak-anak ini, sia-sia. Bayangkan, sudah berpuluh-puluh tahun merdeka,
anak-anak jalanan ini masih ada aja, bahkan semakin banyak. Apalagi ini kalau
bukan fenomena “Urbanize Dream”, kalau aku boleh bilang, atau, mimpi jadi anak
kota. Di kota, sesuatu terlihat begitu mudah: pekerjaan, penghidupan. Padahal,
sebaliknya.
Tapi, tolok ukur kita kan kualitas. Beda dengan
beberapa yang lebih mikirin kuantitas. Menurut mereka, ke kota, meski susah
kerja kalau tak punya ketrampilan, mengemis pun bisa hasilkan uang. Dan, kita bisa sesat pikir kalau hanya merujuk pada faktor ekonomi saja. Tidak. Anak jalanan tidak tercipta sekedar karena faktor ekonomi. Kekuasaan yang korup, strata sosial yang tidak adil, dan keacuhan kita juga menjadi penyebabnya.
Pola pikir macam ini yang menyedihkan.
Tapi, apalah guna sedih, ya kan? Kalau tak
lakukan apa-apa.
Itulah, wujud kesedihan, sekarang diorganisir.
Kesedihan tak lagi tentang berapa banyak tetesan air mata, tapi, berapa banyak
tetesan keringat usaha. Iya. Sudah hampir tiga tahun ini Save Street Child
didirikan, untuk mengakomodir kesedihan, keprihatinan, dan impian, menjadi
gerak nyata... sedikit demi sedikit. Ini mimpi marathon. Masih panjang untuk
diwujudkan, bersama-sama.
Ngurusi anak-anak jalanan, bukan soal mereduksi keberadaan mereka, tapi, tentang, bagaimana mereka mengerti bahwa,
hidup itu adalah tentang pilihan.
Mereka boleh memilih, untuk menghabiskan waktu
sepanjang hayat di jalanan, atau...menjadi yang lain.
Untuk itulah kita ada.
Untuk memberitahu mereka bahwa masih banyak pilihan hidup, untuk membantu mereka
bagaimana mewujudkan pilihan-pilihannya, dan untuk menemani mereka selama
proses terjadinya pemilihan-pemilihan tersebut.
Tugas kita tidak terlalu berat, bukan?
Pertemanan itulah yang kita sediakan.
Pertemanan dengan impian-impian besaaaaar....hingga, di masa depan, kita saling
menatap dengan bangga, dan saling berbisik ”Kita bisa, ya”.
Biarlah impian selangit dan gerak sederhana
ini mewarnai hidup kita, Mak Deski.
Tak usah khawatir,
Kita tidak begitu melakukan apa-apa. Kita cuma bantu prosesnya supaya lebih cepat. Katalis.
Sesungguhnya, manusia kadang begitu
bodoh...merasa bisa segalanya, padahal, hidup udah ada yang ngatur. Untungnya
aku ini bertuhan, Mak. Jadi, aku percaya, kalau Tuhanku menguatkan aku. Tuhan
melakukan hal-hal luar biasa yang aku kira, itu aku. Tidak. Aku tak melakukan
apa-apa. Lupakan aku, jadilah dirimu. Kau dan Tuhanmu akan melakukan hal-hal
luar biasa lain yang tak terduga. Percayalah.
Selamat menjalankan amanah, Mak Deski.
Kami mencintaimu,
Kami percaya, kau pasti bisa.
P.S:Kalo ada apa-apa, tolong baygon disingkirin.
Ambil telpon, call me.
With Much
Love,
Shei