Rabu, 22 Januari 2014

PEMUDA HARUS GILA



Saya tidak begitu mengerti  tentang gerakan politik, jujur saja. Juga tidak memahami sejarah gerakan kepemudaan di negri ini secara politis. Saya Cuma tau bahwa, dulu, Soekarno, Tan Malaka, Sjahrir, Hatta dan bapak-bapak pendiri republik ini pernah muda, pernah jatuh cinta, dan tentu saja pernah melakukan hal-hal bodoh yang identik dengan anak muda: gegabah dan revolusioner. Masih ingat kan? Bagaimana kelompok pemuda Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh mendadak menculik Soekarno-Hatta untuk segera mengumumkan proklamasi? Meski sempat bersikeras tak mau, akhirnya Soekarno-Hatta dan para golongan tua merumuskan naskah proklamasi di Rengasdengklok, dan keesokan harinya baru membacakannya di Pegangsaan timur, kediaman Soekarno.  Pembacaan proklamasi ini tanpa melalui PPKI. Rebel sekali bukan? Hasilnya? Indonesia jadi merdeka secara nekat. Bayangkan jika tidak ada desakan dari Sukarni dan kawan-kawan, kemerdekaan Indonesia tentu saja entah kapan tercapainya.  Kita butuh kegilaan-kegilaan dan kenekatan seperti ini dalam kehidupan. Bersyukurlah karena kita ini masih muda.

Muda?

Apakah perkara umur?

Tidak. Ini tentang jiwa.

Seorang kakek-kakek bisa jadi masih muda jika ia terus berfikir tentang masa depan, kemajuan, inovasi dan memenuhi hari-harinya dengan impian-impian. Anak muda hanya punya mimpi dan keberanian. Mimpi mendorong mereka untuk memiliki harapan akan masa depan, sedangkan, keberanian membawa mereka untuk menciptakan perubahan.

Perubahan macam apa?

Mahatma Gandhi pernah berkata,”Jadilah perubahan yang ingin kau saksikan”. Dari sini, saya gagal paham jika ada orang yang suka memaksakan kehendak untuk merekrut seseorang dalam aktivitas mereka.  Baik itu aktivitas kemanusiaan, politik atau yang lainnya. Bukankah, minat dan cara kita tak sama?

Sejalan dengan organisasi mahasiswa,
Ikutilah organisasi yang menurutmu paling mendekati dengan minatmu. Untuk apa? Berlatih. Enaknya jadi mahasiswa adalah, kau punya kolam untuk berlatih sebelum berenang di lautan. Sudah pernah baca “17 Indisputable Laws of Teamwork”-nya John Maxwell? Mustahil kau akan meraih impian sendirian. Untuk itulah, organisasi diperlukan. Untuk mengumpulkan kekuatan. Kita semua tahu bahwa lidi yang digabungkan jadi satu akhirnya fungsional, tidak berupa batangan saja.

Organisasi politik atau kemanusiaan?

Hm…pertanyaan yang menjebak.

Jika menilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, politik berarti proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Tapi? Pada prakteknya? Jika kita merunut sejarah dan bertemu dengan Aristoteles, maka, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Kembali ke pertanyaan awal,

Lalu, Organisasi politik atau kemanusiaan?

Sebenarnya keduanya sama dalam hal tujuan, namun berbeda cara. Dalam era demokrasi, jika mengaitkan politik sebagai kegiatan bernegara, maka harus ada proses demokrasi yang menghasilkan pemimpin sesuai dengan konstitusi. Untuk organisasi kemanusiaan, biasanya tergantung kebijakan lokal organisasi tersebut, namun tujuannya harusnya sama. Demi kebaikan. Para pelaku politik akan menjalankan negara dengan aturan-aturan yang bermanfaat untuk rakyat, dan para pemimpin organisasi kemanusiaan bekerja demi memberi manfaat pada target mereka.

Lalu? Hubungannya dengan organisasi mahasiswa?

Seperti yang saya bilang di awal. Organisasi mahasiswa adalah kolam.

Dulu, saya sempat aktif secara politis di Serikat Mahasiswa (Student Union). Organisasi ini lebih bersifat politis, advokasi dan diskusi-diskusi pergerakan. Saya juga sempat mendirikan Save Street Child yang lebih bergerak ke ranah kemanusiaan. Keduanya saling-silang. Melengkapi. Dan, dari sana saya banyak belajar.
Dimulai dari modal nekat, Save Street Child saat ini sudah menjadi yayasan, dan telah melayani ratusan anak-anak jalanan mendapatkan hak pendidikan mereka kembali: pembiayaan uang sekolah, penyediaan fasilitas belajar, pengadaan akses kejar paket, hingga bersenang-senang ke berbagai tempat wisata. dan tentu saja, persahabatan.

Semua bermodal nekat. Dan itu menyenangkan. Kita tak punya hutang pada siapapun. Semuanya mengerjakan program secara sukarela.

Kenapa pemuda harus gila?

Karena Cuma itu yang kita butuhkan dari sekedar keberanian. Kadang-kadang, out of mind harus dibutuhkan untuk membuat perubahan. Boleh kok, salah, nanti bisa diperbaiki. Tapi, Cuma orang gila yang mau melakukan hal tidak biasa dan sudah pasti akan menimbulkan kontroversi. Tapi, selama niatnya baik kenapa tidak? Seperti yang saya bilang tadi…… kalau salah bisa diperbaiki kok.
Shei.


1 komentar:

Bener2 keren kak. Makasih banyak tulisannya menginspirasi untuk jadi lebih baik, dan banyak bersyukur. Semangat trus kak shei :)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More