Menerima Penghargaan Tupperware She can Award 2013

Tupperware SheCAN! Award 2013, penghargaan untuk 89 orang yang menginspirasi Indonesia dengan karya-karya sosial mereka

Menerima Penghargaan Indi Women Award 2013

21 Perempuan Inspiratif Menerima pengharagaan "Indi Women Award" dari PT. Telkom Indonesia, dihadiri oleh Ibu Linda Gumelar, Menteri Peranan Wanita. Bagian saya, Socio Activist untuk Save Street Child

Crowd Funding Projects

Kita bisa keroyok project-project sosial ini bersama-sama untuk masa depan yang lebih baik. Gabung sekarang! ^^

Bersama Sarah Sechan dan Keluarga Save Street Child

Talk Show di NET TV bersama Sarah Sechan. Adik-adik ternyata sudah berbakat sebelum ditraining jadi host TV!

Kumpulan Puisi

Kumpulan puisi-puisi karya sendiri atau saduran dapat dibaca disini

Minggu, 12 Oktober 2014

Cerita Hijrah #1: Keranjang Cucian


Sudah 103 hari kiranya saya berhijrah, saya sekarang memakai hijab (alhamdulillah). Ini adalah upaya untuk mematuhi perintahNya dan menunjukkan rasa syukur dan cinta saya padaNya. Nah, Cerita Hijrah ini adalah sebuah catatan kecil dari saya untuk teman-teman semua tentang bagaimana saya menjalani hidup setelah resmi berhijrah. Dalam edisi perdana Cerita Hijrah ini, saya akan berbagi soal “keranjang cucian”.

Sebelum berhijab, saya adalah penggemar celana pendek, kaos ketat, tanktop, dan baju-baju mini lainnya. Bukan apa-apa, saya ini orang yang sangat malas dan gerah-an! Seriously. Menurut saya, hidup di iklim tropis seperti Indonesia ini sungguh tak manusiawi kalau harus memakai baju-baju yang bikin gerah. Sebagai anak yang mencintai pantai, saya pun setia banget sama baju-baju terbuka yang bisa menangkan angin melalui kulit. Pori-pori yang, meski kecil tapi sangat berguna, dalam kulit, memang sudah seharusnya menangkap kesejukan angin dan mengalirkannya ke seluruh penjuru tubuh. Saya jadi kerasan dengan baju tipe-tipe begitu.

Ketika akhir pekan datang, sebagai anak kosan, tentu satu hari dalam dua hari libur didedikasikan untuk “hari bebersih sedunia”. Entah bebersih diri, kamar kosan, atau hal-hal lain yang terlantar setelah lima hari ditinggal kerja. Sepertinya, hari-hari memang ketat sekali, ya? Susah rasanya brsenang-senang selalu tanpa diburu-buru deadline.

Keranjang cucian saya tak pernah terlalu penuh dengan baju-baju berat kecuali celana jeans yang dicuci setiap dua minggu sekali. Baju kantor juga tak begitu berat, kadang hanya midi-dress, paling banter blazer, atau celana hitam panjang yang dipadukan dengan kemeja tipis-tipis yang anti-gerah. Kadang, kalau tak sempat mencuci sendiri, karena kadang lembur,saya menyerahkan keranjang cucian ke tukang cuci langganan. Senang sekali, tak pernah bengkak bayar cucian, karena memang baju saya tipis-tipis.

Beberapa bulan lalu, saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjalani hidup sebagai anak rumahan karena beberapa alasan. Dan, ternyata, alasan utama yang tak disangka-sangka adalah, saya berlatih menjaid ibu rumah tangga. Tak lama ketika saya memutuskan untuk berhijrah (baik secara domisili maupun spiritual), saya dilamar. Beberapa bulan ke depan sejak hari ini, saya menyibukkan diri dengan perencanaan pernikahan bersama keluarga saya dan calon suami.

Balik lagi ke keranjang cucian.

Kali ini tentu saja saya mencuci sendiri.

Dan, alamak!

Bisa dibayangkan? Pakaian tipis-tipis saya sudah berpindah tangan, dan kali ini, saya harus mencuci pakaian kelas berat termasuk gamis-gamis katun, rok lebar, dan aneka baju yang diklasifikasikan sesuai fungsi: baju untuk keluar, baju untuk salat, baju untuk tidur. Sekarang, saya menjadi super hati-hati karena memang, baju itu sangat rentan terkena najis. Baju yang terkena najis, tak bisa dipergunakan untuk salat. Jadilah, baju bertumpuk-tumpuk. Keranjang cucian selalu penuh. Tak hanya baju sendiri, kali ini, baju orang serumah ya harus dicuci juga. Sejak dulu selama ayah-mama saya berumah tangga, tak pernah sekalipun kami mempekerjakan pembantu.

Setiap kali mencuci, saya harus berhadapan dengan tumpukan baju yang banyaknya sekitar 2 kali lipat dari tabung mesin cuci. Oh ya, saya pakai mesin cuci. Tapi, karena sangat perfeksionis, saya kadang mengucek ulang pakaian yang kira-kira memang dipakai untuk aktivitas luar ruangan, dan tentu saja celana dalam dan bra. Ada beberapa adab dalam Islam untuk mencuci pakaian supaya bebas najis. Ini yang membuat “adegan” mencuci ini menjadi semakin dramatis dan cenderung lama. Saya biasa menghabiskan 2 hingga 3 jam untuk mencuci, mengeringkan, dan menjemur pakaian. Oh ya, tempat jemur pakaian ada di lantai 2. Biasanya saya bolak-balik 2- 3 kali hingga semua pakaian terjemur dengan sempurna.

Capek?

Super capek sekali.

Sedih? Mengeluh?

Oh tidak. Saya tadi cuma cerita, dan mudah-mudahan teman-teman punya bayangan, ya?

Saya bahagia saja dengan keranjang cucian yang kali ini meluber karena memang jenis dan bahan pakaian saya yang berbeda dengan sebelumnya. Kebahagiaan ini memang harus dibayar dengan tenaga, waktu dan deterjen :)

Tapi, insyaAllah, semua akan baik-baik saja.

Saya yang malas dan gerah-an ini saja bisa sangat berbahagia setelah berhijrah, meski banyak tantangan. Saya yakin, teman-teman juga pasti bisa, bahkan lebih baik dari saya.

Bismillah.

Tak pernah telat untuk kembali padaNya dan menjadi hamba yang bertakwa <3

Semoga harimu menyenangkan <3

Love,
S

Selasa, 09 September 2014

Mojokerto, Jawa Timur di #JadwalKelanaShei


Halo teman-teman!
Ini adalah posting pertama yang mengawali #JadwalKelanaShei, dimulai pada
kota pertama yakni Mojokerto. Ada yang tau ini di mana? Coba cek:

Gambar 1: Peta Mojokerto, Jawa Timur (Sumber: Google Maps)

Kota Mojokerto terletak 50 KM di barat daya Surabaya. Mojokerto termasuk kota terkecil di Jawa Timur, luasnya hanya 16,46 km2. Namun, kota Mojokerto ini dikelilingi oleh kabupaten yang cukup besar, dengan 18 kecamatan seluas 692,15 km2.

Tujuan saya ke sana sebenarnya dalam rangka ikut nimbrung di perayaan ulang tahun pertama Save Street Child Mojokerto. Gerakan Save Street Child yang ada di Kota Mojokerto ini sedang lucu-lucunya di usia pertama mereka.

Kembali lagi ke pembahasan tentang Mojokerto, ada beberapa tourist attraction yang wajib dikunjungi, apa sajakah?


1) Alun- alun kota:
Menjadi keniscayaan kalau mampir ke sebuah kota kecil, langsung cari alun-alun. Para pengelana (biasa disebut backpacker) memegang prinsip ini untuk menjelajah kota sejak awal. Alun-alun merupakan jantung kota tersebut, tentu saja, fasilitas di sekitarnya pun memadai untuk turis. Entah sekedar mengaso, solat, cari makanan layak, maupun numpang nge-charge piranti elektronik di beberapa bangunan publik yang menyediakan colokan listrik.

Kalau kapan-kapan mampir ke Mojokerto, jangan kaget kalau pedagan kaki lima dipindahkan ke Jalan Benteng Pancasila yang tak jauh dari kediaman walikota Mojokerto. Meski begitu, masih ada pedagang kecil-kecil yang masih nekat berjualan di sekitar alun-alun, terutama di akhir pekan.


Gambar 2: Alun- alun Kota Mojokerto

2) Situs Peribadatan Bersejarah:
Ada tiga situs peribadatan bersejarah yang layak dikunjungi, yakni Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat, Masjid Agung Al-Fattah dan Klenteng Hok Siang Kiong. Gereja dan Masjid didirikan pada masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1878-an, sedangkan Klenteng dibangun sekitar tahun 1895.

Gambar 3: Gereja, Masjid Agung dan Klenteng 

3) Pemandian Air Panas Pacet:
Pacet yang berhawa sejuk ini dihangatkan dengan hadirnya pemandian air panas yang cukup terkenal di sekitar Mojokerto: Padusan Air Panas Pacet. Sebetulnya, padusan ini sudah masuk ke kabupaten Mojokerto, bukan lagi di sekitar kotanya. Namun, patut dicoba! Jaraknya hanya 30 KM (lumayan yaaa). Pemandian ini termasuk salah satu dari beberapa objek wisata di Wana Wisata Pacet. Air panas yang mengandung belerang di Padusan Air Panas Pacet ini digemari turis-turis baik dalam kota maupun luar kota.

Gambar 4: Padusan Air Panas Pacet

4) Situs Trowulan:
Kalau kamu suka sejarah indonesia, pasti tau kalau Indonesia dulu punya Mighty Ruler bernama Kerajaan Majapahit. Kerajaan legendaris yang sangat berkuasa ini memiliki peninggalan di Mojokerto, bernama Trowulan. Gosip-gosipnya sih, Trowulan ini dulu ibukotanya Majapahit. Untuk mengetahui lebih lengkap informasi tentang Trowulan, silakan baca-baca di sini.


Gambar 5: Situs Trowulan

5)  Top 3 World's Largest Sleeping Buddha
Siapa sangka, kota kecil seperti Mojokerto punya patung Buddha tidur yang masuk dalam Top 3 World's Largest Sleeping Buddha? Patung Buddha tidur berukuran 22 m x 6 m x 4,5 m itu memiliki kepopuleran yang bersandingan dengan patung Buddha tidur lain di Thailand dan Nepal. Letak Patung tidur Budha ini ada di Vihara Majapahit, Jl. Candi Brahu Gang I, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Di Indonesia sendiri, ada 2 Patung Budha tidur lainnya, selain di Mojokerto, yakni di Vihara Dhammadipa Arama, Malang dan Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong, Semarang.

Gambar 6: Sleeping Budha Statue, Mojokerto

Kota boleh kecil, tapi potensi wisata kudu besar.
Gimana?
Tertarik untuk berkelana kemari?

(Shei/2014)

Ask Me Anything:
sheilayla@yahoo.co.uk

Senin, 08 September 2014

#JadwalKelanaShei, Apakah?


Beberapa minggu terakhir, kehidupan offline saya begitu membahagiakan. Betapa tidak, dalam kurun waktu 15 hari, saya bisa menjelajahi 3 negara sekaligus. Tidak terhitung ada berapa kota yang saya singgahi, sekedar untuk check-in di path, foto-foto, maupun benar-benar bergumul dengan penduduk lokal dan menikmati keindahan alam serta keajaiban setiap detik hirupan udara di sekitar.

Keputusan saya untuk meninggalkan Ibukota dan memulai kehidupan baru di kampung halaman, Surabaya, sungguh tidak disesalkan.

Dari kehidupan baru tersebut, lahir berbagai pengalaman baru, termasuk kesempatan untuk mengarungi bab-baru yang sedang berjalan. Sungguh menyenangkan! Bagian ini akan saya ceritakan nanti jika saatnya tiba. Kali ini, saya akan cerita tentang #JadwalKelanaShei.

Jadwal ini tidak sengaja saya bikin, setelah melihat jadwal padat kelayapan dalam kurun waktu 15 hari non-stop! Melelahkan? Pasti. Tapi juga sangat ajaib! Betapa tidak, Tuhan dan semesta mengatur perjalanan menjadi berkah, baik dari segi pembiayaan yang kebanyakan dibantu teman dengan sukarela, dan lancarnya plesir tanpa mara-bahaya. Sungguh sangat bersyukur, bisa mendapat pengalaman berharga seperti itu.

Silakan dibaca di posting terpisah kisah #JadwalKelanaShei pada laman berikut:
*coming soon*


Doakan bisa berkelana di Iceland, ya, teman-teman. Supaya saya bisa menulis tentang Aurora Borealis dan dinginnya es di sana :D

See you on the next trip!
Love, Shei

Minggu, 31 Agustus 2014

Disclaimer Posting Yayasan Ponpes Mambaul Hidayah

Halo teman-teman
*bersihin sarang laba-laba di blog*
Lama banget yaa nggak update blog, ini karena kehidupan offline lebih menyenangkan ketimbang online-online. Saya menghabiskan waktu untuk berkelana selama hampir 15 hari ini ke lebih dari 5 kota dan 2 negara yang berbeda. Jadi, maafkan respon yang sangat lambat ini.

Disclaimer aja,
Setelah beberapa hari ini ramai dibicarakan, mengenai transparansi Yayasan Ponpes Mambaul Hidayah dalam blogpost saya ini http://sheilayla.blogspot.com/2013/07/yayasan-ponpes-mambaul-hidayah-butuh.html, seperti yang disebutkan dalam blogpost pengelolanya di sini: http://dimasafkar.tumblr.com/.

Tugas saya sejak awal hanya menyampaikan informasi, terutama yang berhubungan dengan Crowd-funding, tidak ada unsur lain. Saya pun selalu mencantumkan langsung sumber rekening tujuan donasi, tidak melalui akun rekening saya, cyiiin.... Jadi begitulah, tugas saya hanya sebagai penyampai informasi, dan sepertinya, tugas itu telah selesai.

Saya juga memverifikasi setiap informasi mengenai crowd-funding ini melalui relawan lokal terdekat dengan tujuan donasi. Dalam hal ini, saya dibantu beberapa teman, namun, semakin hari, banyak masyarakat yang sangsi akan kredibilitas yayasan ini. Saran saya, lebih baik langsung menginvestigasi ke lokasi dan membuktikan tuduhan-tuduhan tersebut lalu segera diproses secara hukum, kalau memang serius. Kalau tidak, lebih baik tak usah sok tau, karena akan semakin meresahkan. Marilah saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan sebaliknya. Negara ini masih berlandaskan hukum, kok. Jadi, mari taat azas :)

Untuk keterangan mengenai penggunaan dana, kredibilitas yayasan, dan informasi lain, dapat menghubungi langsung pengurus yayasan di: Jalan Umbul sari Gang 1 No.3, Paleran- Umbulsari, Jember. Nomor telepon 0331- 7854560. 

Demikian dan,
Saya akan melanjutkan kembali #JadwalKelanaShei, menuju Islandiaaaaaaaa~

Salam sayang,


Shei Latiefah
sheilayla@yahoo.co.uk


Senin, 30 Juni 2014

Hijab Ini Tanda Aku Mencintaimu, Allah



Hari ini adalah hari istimewa, untuk menunjukkan bahwa, aku adalah orang yang bersyukur.

Dilahirkan di keluarga yang (InsyaAllah) relijius, dan kakek-nenek yang menjadi ulama lokal di Jombang, aku termasuk anak yang sangat beruntung! Belajar agama sudah dimulai sejak kecil, berbuat baik, menjadi orang yang selau murah hati, ringan tangan, untuk menolong, diajarkan sejak usia dini. Terima kasih pada Ayah, Ibu dan keluarga serta teman-teman yang selalu menginspirasi dan mengingatkan. Hal-hal itulah yang membuat hari-hariku selalu ceria (sedih dan marahnya disimpan aja, nggak usah ditunjukkin). Selama ini, Allah menyayangiku, lewat keluarga, teman, semesta yang mempermudah hidupku untuk selalu dijalani dengan semangat.

Aku sudah pernah berhijab, tepatnya 1-2 tahun waktu SMA. Hijab yang menurutku seru, aku iseng ikutan teman. Lalu, karena pindah ke Jakarta, aku lepas. Aku gerah. Aku malas. Dan aku mulai bereksperimen dengan beraneka macam pakaian yang terlihat sangat bagus, karena aku kurus (baru-baru ini).

Lalu, mengapa aku berhijab?
Tentu saja, aku sudah dengar kutipan ayat, nasihat-nasihat, hingga omelan keluarga. Waktu aku lepas jilbab, dunia serasa neraka. Jangan dikira mudah, melepas jilbab tantangan berat, aku sampai pernah disidang di rektorat karena itu! Yang pada akhirnya bikin aku sebal, dan mantap untuk tidak berhijab sebagai simbol perlawanan. Wong, hak pribadi kok di-oyok-oyok, pikirku waktu itu.

Lalu, mengapa aku berhijab?
Cuma aku dan Allah yang tau. Kami bercakap dalam sunyi, dan melewati hati. Aku tak perlu cerita. Tapi, aku nyaman dengan hijabku kali ini. Aku bersyukur. Aku dicintai. Untuk itu, hari ini, aku menunjukkan kalau aku mencintaiNya kembali. Allah Maha Baik.


Bismillah.
Semoga istiqomah :)


Djakarta, 1 Juli 2014

Rabu, 25 Juni 2014

13 Jurus Antisipasi Pedofil


(picture taken from here)

Memiliki anak memang anugerah tersendiri. Tapi, ini juga menjadi alarm para orang tua untuk selalu waspada. Pelecehan terhadap anak kian meningkat, Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual pada anak meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2012 jumlahnya 124 kasus, tahun 2013 mencapai 1,937 kasus. Untuk tahun 2014, sudah mencapai 200 kasus dengan jumlah korban hampir hampir 300 anak (baca berita ini)

Apakah anak anda aman?

Jawabannya mungkin, belum tentu. Iya. Jurus antisipasi harus selalu di-upgrade seiring makin canggihnya modus kasus kejahatan terhadap anak. Salah satu yang menjadi fokus keprihatinan saya adalah tentang “kejahatan seksual”, dan sebagai antisipasi, para orang tua seharusnya memang mengajarkan 13 Jurus Antisipasi Pedofil berikut ini pada anak:

1. Ingatkan anak anda (terutama perempuan) untuk TIDAK DUDUK DIPANGKU oleh siapapun, bahkan oleh paman sendiri.

2. Hindari berganti pakaian/ telanjang dihadapan anak-anak sejak usia mereka baru 2 tahun. Bergantilah di ruang privat. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak, hindari memandikan mereka/ mengganti pakaian di tempat umum.

3. Jangan pernah perbolehkan siapapun memanggil anak anda dengan sebutan “istriku” atau “suamiku”

4. Jika anak anda bermain dengan teman-temannya, selalu perhatikan apa yang mereka mainkan. Anak-anak sekarang pun bisa menjadi pelaku perkosaan (baca berita ini)

5. Jangan pernah memaksa anak untuk mengunjungi orang dewasa yang mereka tak sukai (kemungkinan ada hal tertentu yang buat mereka tak nyaman). Observasi, ajak anak bicara dan lakukan aksi yang perlu.

6. Curigai jika anak anda terlalu lengket dengan orang tertentu. Masih, observasi, ajak anak bicara dan lakukan aksi yang perlu.

7. Lakukan edukasi untuk anak anda tentang seksualitas. Jika tidak, maka, masyarakat yang akan berikan edukasi delusional dan nilai-nilai yang salah.

8. Selalu lakukan inspeksi terlebih dahulu terhadap bacaan/ tontonan baru anak-anak anda.

9. Yakinkan bahwa “Mode Panduan Orang Tua” selalu aktif di TV kabel/ internet anda, dan pastikan di lingkungan terdekat yang biasa anak-anak kunjungi juga.

10. Ajari anak usia 3 tahun untuk melakukan sendiri aktivitas “cebok” dan “mandi”. Beritahu mereka untuk tidak membiarkan orang dewasa lain melakukannya (bahkan anda sendiri).

11. Blacklist beberapa hal yang dapat membahayakan kejiwaan anak anda seperti musik, film, bahkan teman-teman/ keluarga yang suka membully.

12. Ajari anak untuk mengerti bahwa, sesekali mereka harus keluar dari mainstream, jika memang nilai-nilai mereka terganggu.

13. Jika anak anda mulai komplain terhadap perlakuan seseorang, lakukan aksi dan tunjukkan bahwa anda adalah orang tua yang dapat dipercaya dan diandalkan.

Silakan diteruskan ke para orang tua lainnya ya jika informasinya dirasa perlu. 
Have a nice day =)

Disadur dari: berbagai sumber

Kamis, 12 Juni 2014

SURAT TERBUKA FIFA: Lingkaran Kecil, Lingkaran Besar




“…..jangan sampai kedatangan saya di Metro TV ini juga dipolitisasi lho, ya” kata saya dengan senyum-senyum ke Mas Indra, presenter Prime Time News Metro TV. beberapa saat setelah ia menanyai motif melayangkan surat terbuka ke FIFA.  


Cerita Tentang Saya
Saya ini orang yang sangat cuek terhadap diri sendiri. Hidup saya biasa-biasa saja, ini yang membuat saya banyak mikir di luar diri saya. Karena, pada dasarnya, saya orang yang bahagia. Lahir di keluarga mampu dan utuh serta memberikan limpahan kasih sayang. Belum lagi memiliki teman-teman penggerak yang mau diajak mimpi besar untuk berkontribusi bagi negri ini melalui Save Street Child. Mereka ada di seluruh Indonesia. Iya, anak-anak muda yang sangat keren! Saya beruntung.

Tapi, saya sangat rewel terhadap hal-hal yang saya rasa tidak benar, dan kira-kira bisa diperbaiki. Nanti saya akan cerita. Ini adalah tentang lingkaran kecil, dan lingkaran besar. Lingkaran kecil, menurut saya, menyangkut tentang hal-hal remeh, yakni tentang diri sendiri dan tentu saja kelompok yang berafiliasi dengan kita. Lingkaran besar, di lain pihak, berisikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik, dalam ranah yang lebih luas lagi.

Akhir-akhir ini saya sedang mendapat durian runtuh atas opini saya tentang “netralitas media” yang tertuang pada Surat FIFA. Kebetulan, kasusnya adalah tentang bagaimana menjaga netralitas media selama masa kampanye, melalui siaran piala dunia. Siapa yang tidak menunggu Piala Dunia? Perhelatan sepak bola terbesar di dunia yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali ini mungkin dinantikan oleh semua orang di berbagai belahan bumi.



Surat Terbuka FIFA & Frekuensi Publik
Oya, mau tau cerita tentang Surat FIFA?
Begini ceritanya,
Saya menulis sebuah surat terbuka pada FIFA supaya momen Piala Dunia tidak dipolitisasi. Saya sebagai publik sudah jengah dengan banyaknya iklan-iklan politik manipulatf yang dibalut dalam siaran-siaran TV tanpa mengindahkan aturan kampanye. Saya rasa teman-teman bisa baca berita tentang surat KPI ke Kemkominfo mengenai pelanggaran-pelanggaran P3/SPS olehbeberapa stasiun TV.

Mengapa hal ini sampai terjadi? Ini mengingat kepemilikan stasiun TV. Sebut ada berapa pemilik Stasiun TV di Indonesia? Dia lagi, dia lagi kan? Nah itulah. Konglomerasi media ini sebetulnya tidak sehat (entah kenapa masih dibiarkan saja). Tapi, ya bisnis, teman-teman. Lagi-lagi kita akan bicara tentang kepemilikan modal. 

Tahukah kamu?
Secara bisnis, stasiun-stasiun TV memang dimiliki oleh konglomerat. Orangnya itu-itu saja. Tapi, secara perundangan, frekuensi siaran itu milik publik, lho. Iya, frekuensi itu milik kita. Dan memang seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan kita dong yah. Baca Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS) ini yang berisi aturan-aturan tentang penyiaran. 

Pernah dengar “Kode Etik Jurnalistik”? Nah, dalam penyiaran, ada tambahan aturan. Jika Kode Etik Jurnalistik mengikat konten pemberitaan, P3/SPS ini mengikat tentang teknis dan bagaimana seharusnya sebuah stasiun televisi mengudara dalam kanal informasi kita. 

Teman-teman harus tau kalau frekuensi itu jumlahnya terbatas, dan kabar baiknya adalah, itu dikelola oleh negara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk publik. Terdengar klise? Ya begitulah norma, memang normatif. Tapi, bagaimana mungkin kita “bermain” tanpa adanya “aturan”? Nanti malah saling tabok lho =D

Nah, kembali lagi ke topik Surat FIFA.

Jika ditarik motif utama saya menulis surat terbuka untuk FIFA, tentu saja, antisipasi terhadap politisasi sepak bola, atas nama keadilan dan merebut kembali frekuensi publik yang selama ini dijajah. 

Kenapa menulis surat ke FIFA? Ya karena FIFA-lah yang punya lisensi penayangan Piala Dunia, dan 2 TV terbesar di Indonesia itulah yang punya hak siarnya. Mbak Soraya Hylmi juga sudah membahas kan? Lisensi tersebut memiliki aturan-aturan dan penayangannya tidak boleh merusak konten yang seharusnya (lihat video).



Rebut Kembali Frekuensi Publik
Kita juga tahu, 2 TV pemegang hak siar itu cenderung memihak ke capres tertentu. Dalam momentum Piala Dunia ini, saya kehabisan kesabaran dan akhirnya mencoba merebut perhatian publik dengan menuliskan surat terbuka, yang, alhamdulilah, mendapat animo luar biasa.

Ini baru awal, teman. Kalau teman-teman mau ikut berjuang MEREBUT KEMBALI FREKUENSI PUBLIK, mari kita sama-sama bikin petisi nanti. Kita bantu KPI dan Bawaslu supaya betul-betul bekerja dengan giat, menyingkirkan sampah-sampah politik yang tak berimbang dan melanggar aturan kampanye (kampanye harus adil kan? Tidak berat sebelah? Hehe....)

Lagi-lagi ngomongin netralitas media ya?

Iya.

Ini penting.

Karena, tidak banyak orang yang sepintar teman-teman ini. Eksposur konten yang berisi kampanye berat sebelah bisa jadi mempengaruhi opini publik, dan yang pasti, sangat menganggu. Atau, teman-teman mungkin tidak keberatan ya misal ada capres tertentu yang mendadak jadi komentator pertandingan atau bahkan mengeblok layar TV dengan iklan politik? Hehe....

Media seharusnya netral. 

Benarkah?

Oh tentu tidak. Media seharusnya MEMIHAK. Keberpihakannya itu tentu harus pada KEPENTINGAN PUBLIK. Harus diperbesar ya, supaya kita mengerti. Asal teman-teman tahu, Politisasi ini sudah terjadi sejak jaman dulu kala. Sejak jaman TVRI masih dikuasai Orba pun. Kita tak akan dengar adanya berita tentang pemerintah yang korup. Tidak akan pernah. 

Namun, di era keterbukaan informasi seperti sekarang, ketika siaran TV menjadi lebih bebas, blunder terjadi dimana-mana. Para konglomerat sekarang saling gontok-gontokan. Ehehe... Saya masih ingat penyebutan musibah lumpur sebagai “LUSI” (Lumpur Sidoarjo) di beberapa stasiun TV yang dimiliki oleh orang yang berkasus itu. I know, right?
 



Bedakan Hak Berpolitik dengan Merebut Kembali Ruang Publik
Banyak yang menyangka, saya menulis Surat FIFA itu karena motif pribadi saya mendukung capres tertentu. “Coba kalau yang punya hak siar itu Metro, Mbak Shei pasti gak akan nulis,” semprot seseorang di media sosial, tepat ketika saya memutuskan untuk menyiarkan surat tersebut di blog. Saya cuma senyum dan mencoba mengerti. Wajar saja muncul opini seperti ini karena dalam postingan lain di blog, saya jelaskan saya mendukung salah satu capres. 

Saya tidak masalah dengan dugaan seperti itu, asal bisa dibuktikan. Soalnya, ketika saya mendapat slot untuk menjelaskan mengenai kekhawatiran politisasi piala dunia di Metro TV malam lalu (11/06), saya juga menegur Metro TV (lihat video). 

Saya minta, Metro TV dapat menjaga independensi selama masa kampanye ini, supaya dapat memberikan informasi secara berimbang. Tahu tidak? Metro TV mendukung siapa? Mereka dukung capres pilihan saya lho, hehe.... Saya tidak peduli. Metro TV itu instansi media. Ia harus adil juga, tanpa terkecuali.

Pembawa acara diskusi malam itu senyum-senyum mendengar celotehan saya, karena, kita semua tahu, bagaimana media-media itu bermain selama masa kampanye. Memuakkan sekali, ya? Itulah, for the sake of fairness, saya memilih untuk menanggalkan kepentingan politik pribadi demi kepentingan yang lebih besar (saya bisa saja kampanye untuk mendukung calon presiden saya, kebetulan acaranya LIVE jadi tak mungkin ada CUT dari produser).

Saya sudah jelaskan di atas. Ada lingkaran kecil, ada lingkaran besar. Hak politik pribadi termasuk lingkaran kecil. Hak untuk mendapatkan informasi mengenai siapa nanti yang akan dipilih, merupakan lingkaran besar.

Kalau teman-teman menonton acara diskusi “Prime Tme News” di Metro TV semalam, teman-teman dapat melihat fokus dari Surat FIFA saya. Dan tenang saja, saya cuma gadis kecil yang sedang gelisah terhadap ketidakadilan. Dan saya adalah bagian dari kamu semua (senyum).

Jadi, mau hidup di lingkaran mana?

Selamat beraktivitas.

Salam sayang,
Shei


  


P.S:
Tayangan Prime Time News Metro TV kemarin berlangsung LIVE, tapi sudah direkam oleh web resmi dan dapat dilihat per segmen disini, disini, dan disini.

Selasa, 10 Juni 2014

Kulkas Kosong




Apakah kau pernah merasa sendirian dan merana?

Aku hampir tiap malam.

Sebetulnya aku tidak takut sendiri, tapi ketika dingin menyergap, dan kulkas kosong lalu perutku lapar... Aku takut aku akan mati.

Aku tidak begitu menakuti kematian. Hanya saja, aku tidak suka membayangkan rohku tercabut dari raga, katanya sih sakit. Aku pernah menanyai Nenek Grasia yang tinggal di seberang jalan, katanya ia pernah mengalami kematian. Ia kini menjalani hidup kedua. Oleh karena itu, ia berganti kelamin. Katanya, “Seharusnya, aku tak dilahirkan sebagai laki-laki, namun, perempuan”. Nama sebenernya adalah Gerson.

Lagian, kenapa takut mati? 

Aku cuma manusia yang kebetulan lahir saja. Ibuku pernah bilang aku ini bayi yang nggak disengaja lahirnya. Menurutku itu baik, menurutnya tidak. Tapi, entahlah. Kalau tidak baik, bagaimana mungkin aku menyukai diriku, kan? 

Hal lain yang kuingat adalah... ada semacam kebotakan berbentuk lingkaran di beberapa jengkal jari setelah jidat. “Kau dulu divakum” cerita Ibuku. Dulu, aku berpikir kalau aku ini adalah debu. Aku lihat di televisi, mereka menyebut penyedot debu sebagai vakum. Ternyata aku manusia. “Ada-ada saja kau ini,” suatu hari ibuku tertawa, dikiranya aku melucu. Padahal aku memang belum tahu perbedaan antara bayi dengan debu. Aku pikir mereka sama, toh, sama-sama di-vakum.

“Bu, apakah yang dilakukan orang-orang di liang lahat?” aku pernah bertanya. Aku ini sangat takut akan gelap. Katanya sih, liang lahat itu gelap.

“Kuburan, maksudmu?”

“Iya...”

“Entahlah, mereka sudah mati. Orang mati mana bisa gerak?” ujarnya sambil menenggak bir dingin. Aku tidak suka baunya. Terutama kalau ibu sudah capek kerja sepanjang malam dan pulang dalam keadaan mabuk. Ia pasti mengira aku ini maling dan mengejarku kesana-kesini sambil memukuli pantatku. Aku sering cemas kalau mendapatinya mabuk. Biasanya di akhir bulan. Ketika gajinya menipis, dan aku harus makan indomi tiap malam. 

“Brengsek ayahmu! Kau mirip dengannya, maling kau pasti. Bajingan!” begitu yang biasa ia katakan. Dan aku akan terjaga sepanjang malam sambil berlarian dan melihat-lihat apakah ibuku akan melukai dirinya sendiri dengan pisau yang ia bawa untuk mengejarku. Setelah capek, biasanya ibu akan tergeletak di lantai dan tidur. Keesokan paginya, aku harus menyiram mukanya dengan air dingin supaya bangun dan mengingatkannya untuk mandi, lalu sarapan (aku pernah mencoba mencipratinya saja, tapi tidak berhasil, jadi aku mulai terbiasa untuk mengguyur seember). Setelah ia bangun dan sarapan, ia akan bergegas kerja shift pagi sebelum lanjut shift malam. Ia hampir tak pernah libur. Makanya, aku juga tak pernah marah meski sering dipukuli ketika ibu mabuk. Ia menyayangiku, kok.

“Dua hari lagi kau ulang tahun, Ibu akan kasih hadiah ya... Sudah ibu siapkan," katanya setelah mendapati dirinya basah kuyup karena guyuran air seember. Sambil mengepel bekas air yang masih merembes hingga ke karpet ruang tamu, aku mengangguk pelan. Aku cuma ingin ketemu ayahku. Tapi Ibu bilang itu tak mungkin, ayahku sudah pergi dan tidak mungkin kembali. Aku pikir ia sudah mati. Tapi ibu menggeleng. Ia bilang ayahku masih hidup, hanya saja tinggal dengan keluarga lain. Ia juga mengingatkanku untuk menggunakan kata “meninggal”, bukan “mati”. Kata “mati” itu cuma buat tikus. Misal, tikus mati di got, atau tikus mati kejepit pintu.

“Nanti kau akan menyesal, lho.... Ibu udah kasih tau, ya...”

“Kalau ayah meninggal, aku lebih senang....” desisku sambil meneruskan mengepel. Ibu tersenyum sambil menggumam kalau kepalanya sakit terantuk lantai. Sepertinya ia tidak ingat kalau terpeleset semalam.
***
“Bu, kau mau apa?”

“Diamlah, demi kebaikanmu” ia meneruskan mengikatkan lilitan kawat, metal, dan kaca melingkari tubuhku. Aku tau itu sebuah bom. Ia ingin kami mati. Kau tau kan? Aku takut mati. Tapi, tidak di hari terik seperti ini, apalagi sedang bersama ibu. Aku sangat menyayanginya. Aku tau ia pun begitu. 

“Sakit tidak?” tanyaku penasaran, sambil tetap diam sampai ibu selesai mengikatku, lalu mengikat dirinya sendiri.

“Enggak” jawabnya singkat.

Menurutnya, bunuh diri menggunakan bom tidak akan sakit. “Aku membacanya di internet,” dengusnya sambil kesulitan melingkarkan kawat ke badannya sendiri. Seharusnya ia tak perlu membawa dua bom sekaligus. Ia harus menyimpan salah satu. Jaga-jaga kalau percobaan bunuh diri pertama kami tidak berhasil. “Ini pasti berhasil, Joe memberitahuku,” jawabnya ketika kutanyai kenapa dia harus repot memasang keduanya pada masing-masing kami.

“Tetangga bakal kena juga, bu?”

“Nggak, radiusnya kecil kok. Lagian kan cuma kita yang ingin mati, bukan mereka,”

“Bagaimana kalau mereka juga ingin mati seperti kita?”

“Nggak mungkin, Ndre... Hidup kita yang merana, bukan mereka” lanjutnya. Sebelum menekan tombol pemicu, ia mendesis, "Selamat ulang tahun, Ndre. Kau tak perlu hidup susah lagi sekarang."

Aku terkesiap oleh dentuman kencang dan hamburan metal, kaca, besi dalam hitungan detik. Aku sedikit sadar sebelum menemukan potongan tanganku dan beberapa cacah daging yang berserak diantaranya.

***

Dua hari sebelum ibu memutuskan untuk mengakhiri hidup kami menggunakan bom, aku sering melihatnya dan laki-laki itu bertengkar. Kali ini hebat sekali, sampai tetangga mengunci rapat-rapat rumah mereka. Tidak ada yang mau berurusan dengan laki-laki itu dan ibuku. Mereka takut. 

Laki-laki itu adalah pacar ibu. Ia sering diantar laki-laki itu sepulang kerja, karena hari terlalu larut. Mungkin, ini hal yang wajar ketika dua orang yang memiliki hubungan spesial saling menjaga. Entahlah. Biasanya, setelah sampai di rumah, mereka ciuman dan tidur di ranjang. Aku memergoki mereka ketika ingin mengambil air minum tengah malam. Sudah kali ketiga aku melihat mereka seperti itu, dan sepertinya, setelah di ranjang, mereka akan berhubungan seksual (aku pernah melihat video seperti itu di ponsel Thomas, tetanggaku, kelas 3 SMP). 

Keesokan paginya, mereka terlihat mesra, aku berangkat ke sekolah dan tidak tahu apa-apa lagi. Aku lupa nama laki-laki itu. Kami tidak mengobrol banyak. Lagian dia kayaknya nggak suka sama aku. Menurutnya aku ini cuma tikus kecil pengganggu. “Kalau nggak ada dia, lebih enak” ujarnya suatu ketika, dan aku tidak peduli. Ibu menyikutnya pelan dan bilang kalau cuma aku yang dia punyai dalam hidupnya yang sangat menyedihkan. “Jual aja nanti kau dapat duit,” dengusnya sambil terseok memakai sepatu kumal warna coklat. Bau anyir menyebar cepat ke seluruh penjuru ruang tamu ketika ia mencopot sepatu itu, hampir tiap malam. Ibu terlihat cemberut dan tidak berkata apa-apa, sambil sesekali melihatku. Aku tersenyum mencoba menenangkannya, aku tidak apa-apa. Aku tidak peduli padanya. Aku cuma peduli pada Ibuku.

Terima kasih ya, Ndre, kau sudah manis sama dia. Dia bosku. Aku punya hutang banyak sama dia,” kata ibuku sembari berbisik. Aku mengangguk dan pamit untuk pergi ke sekolah tanpa sarapan.

Djakarta, 11 Juni 2014

Minggu, 08 Juni 2014

An Open Letter for President of FIFA



Photo Source: Tribun
Jakarta, June 3rd 2014
To:
Mr. Joseph S. Blatter
President of FIFA
In Zurich, Switzerland

Dear Sir,
I hope this letter find you well.
My name is Shei from Indonesia, a country with 250 million populations in which most of them are fans of football like I do. I could not wait to enjoy the world cup this year. I’m so excited! 

However, I have some concerns to share with you. The World Cup will happen at the same time with the presidential election in our country on July 9 2014. As always, during the election, our television will be dominated by tons of political campaigns. Unfortunately, the TV networks that hold exclusive right to broadcast the World Cup, TV-One and ANTV, are belong to a businessman who strongly support one of the presidential candidate. We heard some rumors that he would use the World Cup to conduct massive political campaign. And it's not fair.

I do concern to the presidential election. I also have decided whom to vote, but, of course, it is beyond that personal political right. I don’t care. What I care the most is, we have swing voters here, mostly youths. So, can you imagine? How the election rule would be violated here? There’s a media mogul whom would do anything to success one particular candidate (which we only have two candidates here). So, I hope, FIFA do concern to supervise things out here. I mean, the spirit of “true competition” should be implemented well. 

Football should be a very fun yet competitive game. That’s why I love soccer. The spirit to keep on the right track, keep on the rule, is what define a healthy game. I believe, politic should be the same. If it’s not, why do they have such rules, right?

I believe you guys have some rule so the legal broadcasting right not to be misused.
It would be great and highly appreciated if you could take any necessary and possible action to ensure that world cup broadcast would not be used as a political tool to gain voters. Remember the spirit of a healthy game, sir :)
Bunch of thanks for your kind consideration and help.  
Have a lovely day!
Best regards,


[Shei Latiefah, Chairperson of Sekarya Sobat Cinta Indonesia Foundation @SaveStreetChild


P.S:
The news regarding to this letter can be read at:
1) Kabar 24 
2) Portal KBR   

3) TribunNews
4) Yahoo Indonesia




Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More