Menerima Penghargaan Tupperware She can Award 2013

Tupperware SheCAN! Award 2013, penghargaan untuk 89 orang yang menginspirasi Indonesia dengan karya-karya sosial mereka

Menerima Penghargaan Indi Women Award 2013

21 Perempuan Inspiratif Menerima pengharagaan "Indi Women Award" dari PT. Telkom Indonesia, dihadiri oleh Ibu Linda Gumelar, Menteri Peranan Wanita. Bagian saya, Socio Activist untuk Save Street Child

Crowd Funding Projects

Kita bisa keroyok project-project sosial ini bersama-sama untuk masa depan yang lebih baik. Gabung sekarang! ^^

Bersama Sarah Sechan dan Keluarga Save Street Child

Talk Show di NET TV bersama Sarah Sechan. Adik-adik ternyata sudah berbakat sebelum ditraining jadi host TV!

Kumpulan Puisi

Kumpulan puisi-puisi karya sendiri atau saduran dapat dibaca disini

Jumat, 28 Maret 2014

Jangan Dipaksain, Nanti Sakit


Aku sering mendengar frase “Jangan dipaksain, nanti sakit”. Iya, mungkin, itu berlaku buat yang lagi gituan…. Eh apa? Itu, beli sepatu kekecilan… Kalau dipaksa kan sakit L

Ternyata, ini juga berlaku buat menulis. Entah kenapa, menulis menjadi kegiatan pelarian, yang tentu itu buruk sekali, tapi ketika aku patah hati, atau sedang sangat stress…aku menulis. Iya, tulisan di blog ini tentu saja tujuh puluh persen didedikasikan untuk diri sendiri. Jadi, jangan salah. Aku tak maksud menggurui, aku cuma “curhat”.

Perasaan bersalah memaksakan diri untuk menulis, ini menyakitkan.

Di satu sisi, aku merasa, harus produktif… Menghasilkan tulisan-tulisan yang bisa dikenang kalau aku sudah mati kelak. 

Well, kau harus tau, ada seorang sahabatku yang sudah pergi duluan, dan caraku mengenangnya adalah dengan mengunduh seluruh tulisannya dan mencetaknya untuk disimpan di sebuah map bening di kamar. Ketika aku merindukannya…. Aku akan membaca-baca lagi tulisan-tulisannya. Aku percaya bahwa, cara seseorang menulis menunjukkan siapa dirinya. Vandi, nama temanku itu, sangat baik dan bijak. Itu semua tertuang dalam tulisan-tulisannya yang sederhana, cerdas, namun penuh substansi. Aku suka sekali cara dia bertutur melalui tulisan, dan dari situ, aku membayangkan, ia sedang berbicara di depan mukaku. 

Ah, aku merindukannya.

Lalu?

Sekarang aku mau menulis apa?

Tidak tahu. Aku juga tak bisa memaksa, kan?

Nanti sakit L


Senin, 24 Maret 2014

The Estafet Kingdom


Tulisan ini dibuat untuk sahabatku, Mak Deski, yang sedang meneruskan estafet kepemimpinan Save Street Child.
Selamat pagi, Mak Deski. Semoga sewaktu membaca surat ini, kamu pas lagi sehat ya.
Aku bahagia sekaligus terharu, bahwa, Save Street Child yang awalnya adalah project iseng, bisa jadi seserius sekarang. Selain, project ini diadaptasi secara kreatif di 16 kota lain, Save Street Child kini sudah berbentuk Yayasan. Setauku, tidak banyak komunitas yang secepat ini menjadikan dirinya badan hukum (kurang dari 3 tahun!). Tentu saja, karena keribetan prosedural, administratif, dan semacamnya, badan hukum ini menjadikan kita harus lebih serius mengurusi pekerjaan iseng-iseng ini. Lupakan keteledoran yang biasa kita lakukan di masa lalu. Tahun ini, SSC sudah wajib melaporkan pajak! Hihi.... seru juga ya.

Aku tahu,

Kau mungkin terkaget-kaget dengan segala eskpektasi di rapat kerja kemarin. Mimpi kita selangit! Kita ingin anak-anak marjinal yang biasa dilupakan ini mendapat haknya: bermain dan memperoleh pendidikan. Sudah berapa puluh tahun kita merdeka? Kenapa mereka masih selalu ada?

Ada beberapa pikiran liar yang menembak bahwa, ngurusi anak-anak ini, sia-sia. Bayangkan, sudah berpuluh-puluh tahun merdeka, anak-anak jalanan ini masih ada aja, bahkan semakin banyak. Apalagi ini kalau bukan fenomena “Urbanize Dream”, kalau aku boleh bilang, atau, mimpi jadi anak kota. Di kota, sesuatu terlihat begitu mudah: pekerjaan, penghidupan. Padahal, sebaliknya.

Tapi, tolok ukur kita kan kualitas. Beda dengan beberapa yang lebih mikirin kuantitas. Menurut mereka, ke kota, meski susah kerja kalau tak punya ketrampilan, mengemis pun bisa hasilkan uang. Dan, kita bisa sesat pikir kalau hanya merujuk pada faktor ekonomi saja. Tidak. Anak jalanan tidak tercipta sekedar karena faktor ekonomi. Kekuasaan yang korup, strata sosial yang tidak adil, dan keacuhan kita juga menjadi penyebabnya.

Pola pikir macam ini yang menyedihkan.

Tapi, apalah guna sedih, ya kan? Kalau tak lakukan apa-apa.

Itulah, wujud kesedihan, sekarang diorganisir. Kesedihan tak lagi tentang berapa banyak tetesan air mata, tapi, berapa banyak tetesan keringat usaha. Iya. Sudah hampir tiga tahun ini Save Street Child didirikan, untuk mengakomodir kesedihan, keprihatinan, dan impian, menjadi gerak nyata... sedikit demi sedikit. Ini mimpi marathon. Masih panjang untuk diwujudkan, bersama-sama.

Ngurusi anak-anak jalanan, bukan soal mereduksi keberadaan mereka, tapi, tentang, bagaimana mereka mengerti bahwa, hidup itu adalah tentang pilihan. 

Mereka boleh memilih, untuk menghabiskan waktu sepanjang hayat di jalanan, atau...menjadi yang lain. 

Untuk itulah kita ada. Untuk memberitahu mereka bahwa masih banyak pilihan hidup, untuk membantu mereka bagaimana mewujudkan pilihan-pilihannya, dan untuk menemani mereka selama proses terjadinya pemilihan-pemilihan tersebut.

Tugas kita tidak terlalu berat, bukan?

Pertemanan itulah yang kita sediakan. Pertemanan dengan impian-impian besaaaaar....hingga, di masa depan, kita saling menatap dengan bangga, dan saling berbisik ”Kita bisa, ya”.

Biarlah impian selangit dan gerak sederhana ini mewarnai hidup kita, Mak Deski.

Tak usah khawatir,

Kita tidak begitu melakukan apa-apa. Kita cuma bantu prosesnya supaya lebih cepat. Katalis.

Sesungguhnya, manusia kadang begitu bodoh...merasa bisa segalanya, padahal, hidup udah ada yang ngatur. Untungnya aku ini bertuhan, Mak. Jadi, aku percaya, kalau Tuhanku menguatkan aku. Tuhan melakukan hal-hal luar biasa yang aku kira, itu aku. Tidak. Aku tak melakukan apa-apa. Lupakan aku, jadilah dirimu. Kau dan Tuhanmu akan melakukan hal-hal luar biasa lain yang tak terduga. Percayalah.

Selamat menjalankan amanah, Mak Deski.

Kami mencintaimu,

Kami percaya, kau pasti bisa.

P.S:Kalo ada apa-apa, tolong baygon disingkirin. Ambil telpon, call me.
With Much Love,
Shei



Kamis, 20 Maret 2014

Hak-hak Warga Negara Indonesia

Mengingatkan kembali saja..apa hak dan kewajiban kita sabagai warga negara. Itu saja dulu. Untuk masalah yang sedang berkembang, sunguh politis. Kita kembalikan saja ke konstitusi yang mengatur hak kita untuk hidup di bumi Indonesia. Jangan mengkhianati konstitusi itu.

- Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya, (pasal 28E ayat 2).

- Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,...keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. (pasal 28G ayat 1).

- Setiap orang berhak untukbebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. (pasal 28G ayat 2).

- Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakuisecara pribadi di hadapan hukum, dan hak untuktidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. (pasal 28I ayat 1).

dan hak-hak warga negara lainnya. taken from http://scr.bi/gg9WzN

Rabu, 19 Maret 2014

Hindari Mikir Negatif, Hindari Sakit

 

Dr. Masaru Emoto San dalam bukunya tersebut membahas dengan jelas bahwa berpikir negative yang terus-menerus akan meresonansi organ-organ tubuh tertentu sehingga organ-organ tubuh tersebut tidak bisa berfungsi dengan maksimal, akibat selanjutnya akan dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, dari yang ringan hingga yang fatal. Misalnya, bila sering cemas, maka lambung akan terresonansi, akibatnya akan terjadi gangguan pencernaan berat, yang dalam jangka panjang lambungnya akan tidak sehat.
Quote:
Secara ringkas, hasil penelitian Dr. Masaru tentang berpikir negative dan penyakit yang bisa ditimbulkan, sebagai berikut:

* Bahwa jika kita sering membiarkan diri kita stress, maka kita akan mengalami gangguan pencernaan.
* Bila kita sering khawatir, kita bisa terkena sakit punggung.
* Bila kita mudah tersinggung, maka kita akan terkena insomnia (susah tidur).
* Bila sering kebingungan, akan terkena sakit tulang belakang bagian bawah.
* Bila sering membiarkan rasa takut yg berlebihan, akan mudah terkena penyakit ginjal.
* Bila suka cemas akan diikuti sakit dyspepsia (sulit mencerna).
* Bila suka marah bisa sakit hepatitis.
* Bila sering apatis/acuh terhadap lingkungan, bisa mengakibatkan vitalitas melemah.
* Bila Anda sering tidak sabar, bisa mengakibatkan diabetes (sakit gula).
* Bila sering merasa kesepian, bisa mengakibatkan sakit demensia senelis (memori dan kontrol fungsi tubuh berkurang & bisa menyebabkan kematian !!)
* Bila sering bersedih, bisa menderita leukemia (yg hingga kini belum ada obatnya)
* Bila selalu dengki/iri hati terhadap seseorang, mudah mengakibatkan kulit bernanah atau cantengan.

source: http://ikastara.org/archive/index.php/t-2115.html

Belajar Menerima


Orang senang sekali dengar kata “menerima”, dari mulai “menerima” gaji, sampai “menerima” proposal cinta. Tapi, kenapa kita susah sekali “menerima” nasib buruk? Apakah memang benar adanya nasib buruk itu? 

Coba kita pikir-pikir lagi. 

Begini ceritanya, Suatu hari, ada seseorang yang sangat kaya raya, dan makmur sentausa. Suatu hari, ia jatuh sakit, dan uangnya habis untuk berobat. Ia menderita kanker. Saat ini, yang bisa ia lakukan hanya berbaring dan menyaksikan tabungan terkuras untuk pengobatannya. Sekarang tidak terlalu mahal karena sudah ikut asuransi, tapi ia tak pernah merencanakan untuk membuang tabungannya di Rumah Sakit pada usia semuda itu! 19 tahun.

Seharusnya ia bersenang-senang dengan teman-temannya, menjelajahi dunia, dan berdandan seglamour mungkin. 

Tapi, ternyata nasib buruk mengubah semuanya. 

Ia begitu menderita. 

Ia murung setiap hari. 

Tidak ada harapan hidup. 

Suatu kali, seseorang mendatanginya, dan menyatakan bahwa ia sangat mencintainya. Bahkan meski kepalanya sudah botak dan kulit tangannya keriput karena semakin hari ia semakin tak tahan dingin. 

Orang itu adalah ibunya. 

Gadis itu tak menyadari bagaimana cinta ibunya kepadanya sampai pada hari itu.

Gadis itu juga tak tahu betapa teman-temannya hanya mengandalkan kekayaannya untuk bersenang-senang, dan ketika dia sakit keras, tak ada yang tersisa menemaninya.

Suatu rasa yang hangat hinggap di hatinya. 

Ia merasa dicintai. 

Cinta yang tanpa perlu dibeli dengan traktiran atau hadiah barang-barang mewah. 

Cinta yang tulus dari seorang ibu. 

Pada hari itu, ia belajar menerima penyakitnya.

Belajar menerima?

Bukankah sebenarnya sederhana?

Mengapa kita kadang menolaknya? Bukankah, meski kita tolak, ia tak mau berpaling? Ia tetap menghampiri?  

Selasa, 18 Maret 2014

Keterasingan


Keterasingan.
Bukan, kesendirian.
Tidak ada masalah dengan kesendirian.
Kesendirian adalah keniscayaan. Bukankah, kita dilahirkan sebagai individu yang satu, mati pun, sebagai individu yang satu, dari Yang Satu.

Maka, kesendirian adalah keniscayaan.
Pertemuan dengan pihak-pihak lain, sebagai teman, sebagai majikan, sebagai anak, sebagai orang tua, adalah buah dari kesendirian yang didamaikan. Memangnya kalau bersama, kita sudah tak merasa sendiri lagi? Bukankah, tubuh kita masing-masing?

Keterasingan.
Waspadailah itu.
Jangan sampai menjadi asing terhadap diri sendiri.
Sesungguhnya, diri kita adalah bukti Ilahiah, bahwa, Tuhan memang ada dan pengasih.

Bebaskan diri dari keterasingan.

Kenali dirimu, maka, kau akan mengenali Tuhanmu~ Rumi

Bahagia Itu.....Sederhana


Sepertinya, cuma ini yang dicari oleh semua orang, deh. Tapi, kadang, orang mencari kemana-mana sampai lupa kalau kebahagiaan terletak di dasar hatinya.

Konsep-konsep ketuhanan, perkawinan, pertemanan, pengejaran karier dan lainnya, ujung-ujungnya mengarah pada satu itu. Karena, sebagai makhluk indrawi, manusia sepertinya percaya hal-hal yang kasat mata. Namun, sebagai makhluk spiritual, ujung-ujungnya, kedamaian menjadi poin terpenting, untuk mencapai kebahagiaan.

Bahagia menjadi barang langka.

Ia dicari dimana-mana.

Ia mencoba mengatur orang lain, supaya yang mengatur senang, katanya....itu bahagia. Ternyata, yang diatur mengecewakan. Ibarat seorang Tuan yang menugaskan pelayannya untuk membawakan gelas kristal kesayangannya, tapi di tengah jalan, gelas itu pecah. Si Tuan marah. Padahal, ia bisa membawanya sendiri. Namun, ia takut, kejadian serupa menimpanya, jadi ia tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya.

Kita lupa?

Bahagia itu tidak diciptakan, tapi dipicu, karena, ia sudah ada dalam diri kita.

Nggak percaya?

Coba aja.

“Your task is not to seek for love, but merely to seek and find all the barriers within yourself that you have built against it.” ― Rumi


Senin, 17 Maret 2014

8 Hari Pertama Setelah Putus Cinta



8 hari pertama saat putus cinta memang berat. Bahkan, saya sendiri pun merasakannya (lha, ini emang lagi nyeritain kan?) Hihi...

8 hari pertama saat putus cinta, yang harus dilakukan adalah:
Tidak ada.

Lakukan sesukamu saja. Asal gak perlu putus harapan.
Sesungguhnya, tidak ada kesalahan yang benar-benar fatal dan merasakan bahwa, kita terlalu tidak siap untuk menerima.

Saya sendiri, sudah merasakan sepuluh kali fase patah hati. Jadi, menurut salah seorang teman, seharusnya sudah terbiasa. Udah mahir, gitulah.

Tidak perlu banyak mendengarkan nasihat-nasihat. Lebih baik, sadari kalau manusia memang makhluk sempurna yang berakal, dan berhati. Jadi, salah-salah dikit itu sudah biasa. Pada tahap ini, sebaiknya sering-sering setel lagu India. Karena ...ada benarnya, hidup kadang kayak film India, susah-senang, dibawa joged sambil nyanyi aja.

Yang paling utama, tak perlu menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan pasangan yang kita tinggalkan/ meninggalkan kita. Sadari bahwa, ia hanya menjalankan tugasnya sebagai manusia, tak lebih. Ia bukan Tuhan, tak perlu menggantungkan diri padanya.

Ini cuma tulisan iseng.

Nanti kapan-kapan saya nulis yang lebih serius, gimana rasanya melewati fase patah hati dengan benar.

Saya cuma bisa ngomong santai lewat tulisa, padahal, kalau dialami, beugh........ kayak dikuliti hidup-hidup.

Wajar.

Siklus hidup memang seperti itu.

Ada pertemuan, ada perpisahan.

Toh, matahari di luar sana selalu bersinar, daripada merudung-gelap, mendingan, singkap tirai dan buka jendela lebar-lebar. Karena, jiwa kita murni, dan kitalah pengendalinya. Akankah kita menutup jendela, atau membukanya lebar-lebar dan berpasrah pada cahaya matahari yang sangat hangat.

Semoga harimu menyenangkan ^^

Rabu, 12 Maret 2014

Sebuah Siklus



Tulisan ini hanya dimaksudkan untuk membuat hari lebih baik.

Karena, dengan membuat sebuah tulisan, seperti yang aku pernah bilang, bahkan iblis keji bisa menjadi malaikat penjaga. Dalam dunia ini, segala dapat dicipta. Termasuk kehidupan yang baru.

Ada beberapa tulisan yang tidak kumuat di blog. Tentu saja, karena tulisan tersebut sangat jujur dan personal. Pengaksesnya hanya dua orang sahabat dekat. Tulisan yang dibuat sebagai pelampiasan dari kekecewaan, kemarahan, kesedihan, dan tekanan yang sangat besar. Pengalaman pahit di masa lalu yang masih menyisakan luka batin mendalam. Ah, tak terlalu mengganggumu, ia hanya bagian dari ceritaku. Biarlah,toh, hari-hari itu sudah berlalu.

Tidak ada yang patut diperbincangkan lebih dalam.

Hari ini adalah hari duka.

Tapi, bukan berarti akhir dari dunia.

Ini hanyalah siklus alami.

Bukankah, ada kehidupan, ada kematian?

Ada pertemuan, ada pula perpisahan?

Demikian pula hari ini.

Meski bukan termasuk dalam hari baik yang biasa.

Karena berat rasanya, harus menegakkan kepala di pagi mendung.

Kira-kira mentari ngumpet, menyanbut hujan. Ternyata, tidak. Ia turun dari sela-sela mata. Hari mendung, berubah jadi lautan duka.

Bukankah, ada pertemuan ada pula perpisahan?


Djakarta, 13 Maret 2014

Minggu, 09 Maret 2014

Selamat Hari Perempuan Sedunia


Perempuan, Ibu Semua Bangsa
Dengan ini, saya sebagai salah satu perempuan di negri ini, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perjuangan perempuan dari era sebelum merdeka, hingga dewasa ini. Yang berujung pada pemenuhan hak-hak perempuan sedikit demi sedikit. Hak yang selama ini disita dari harkat kita atas dasar sistem budaya dan kuasa.Terima kasih juga untuk para lelaki non-patriarki yang turut membantu kami menjejakkan kaki dengan bangga, tanpa harus menjadi inferior seperti masa dulu kala.

Perjuangan yang tentu tak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan, tapi, kita bisa.
Hari kemarin, saya bertemu dengan seorang aktivis perempuan yang sangat luar biasa, dari sisi kepribadian, pengalaman hidup, dan tentu saja kiprah perjuangan. Siapa tak kenal Mbak Helga Worotitjan? Sepanjang hayat di dunia pergerakan, ia aktif sekali memperjuangakan nasib para perempuan penyintas kekerasan (seksual).

Saya sangat bersyukur memiliki teman sehebat itu, tak hanya Mbak Helga, beberapa kenalan di jagad maya yang selalu mengusung tema perjuangan perempuan menuju kesetaraan juga tak sedikit. Dan saya bangga atas apa yang mereka lakukan. Perempuan, tidak lagi menjadi jender inferior.

Ingat apa yang kami perjuangkan?
Kesetaraan.
Kami bukannya mau menguasai dunia seperti para penjajah. Dan menjadikan negri ini sebagai negri Matriarki. Tidak. Kami hanya mengejar kesetaraan.
Kami tak ingin menjadikan perempuan sebagai jender adi luhung yang harus dielu-elu dan disanjung-sanjung.
Kami hanya ingin, tempat kami, sebagai ibu, dianggap sebagai rumah.
Dianggap sama dengan tempat bapak. Bahwa, ibu pun berhak bekerja, berhak berpolitik, dan secara natural, tetap menjaga dan merawat keluarga. Tapi, biarlah itu menjadi pilihan dan hak. Bukan tuntutan mendarah daging yang lalu beralihfungsi sebagai keniscayaan.
Para ibu dan calon ibu ini hanya ingin disetarakan.
Bahwa, tak ada lagi "nggandhul suara" pada Lelaki, kami tak bisu.
Dengan begitu, perempuan sebagai ibu ini akan dapat merawat dan membesarkan generasi bangsa yang unggul, makmur, dan tentu saja, berpendidikan.

Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMU. Semua puji-pujian untukMU di mungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan” ~ Pramoedya Ananta Toer

Selamat Hari Perempuan Sedunia.
Semesta bersama perjuangan kita semua.



Selasa, 04 Maret 2014

Monolog

Sebaiknya, kamu monolog saja.
Karena, telinga dua dari sekitar, tak cukup mendengar.
Tangan duanya, tak cukup menopang
Lidah-lidah dalam rongga berisik
Menuntun mereka untuk selalu menuntut
Didengarkan

Lalu siapa yang akan mendengar?


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More