Selasa, 25 Februari 2014

Seorang Ibu Yang Menyimpan Bekal di Kamar Mandi Kantor


Sore yang sangat tepat untuk secangkir kopi, tapi, toh, setengah jam lagi, aku bisa berpamit dari kantor ini. Lalu, mengistirahatkan punggung sambil mendengarkan kisah-kisah Pram yang belum habis kusesap dari balik guratan pena Professor Koh Young Hun.
Buku ini semenarik sampulnya, Pram begitu membuatku malu, jika tidak bermartabat menjadi generasi bangsa.

Pram,
Kalau kau masih hidup,
Semoga tak kau kutuki kami yang begitu mapan, dan lupa sandang-pangan beberapa yang ada di pengungsian, atau bahkan di jalanan. Maafkan, kami bukan generasi zamanmu.
Kali ini, dengan media sosial saja, kami bisa jadi lebih nasionalis dibanding Tan Malaka. Karena kami punya kata kunci berupa hashtag.

Sebelum pulang dan menemuimu kembali,
Aku mampir ke kamar mandi kantor.
Setelah berak dan kencing kusiram, mataku mulai awas pada ibu di sebalah westafel tempatku mencuci tangan.

Ibu itu dengan senyum-senyum, mengeluarkan bekal makanan, dan minuman dari bawah tempatku cuci tangan.

Sebuah bekal makanan.
Tersimpan dari balik kamar mandi kantor.

Shei Layla
Djakarta, February 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More