Jumat, 28 Maret 2014

Jangan Dipaksain, Nanti Sakit


Aku sering mendengar frase “Jangan dipaksain, nanti sakit”. Iya, mungkin, itu berlaku buat yang lagi gituan…. Eh apa? Itu, beli sepatu kekecilan… Kalau dipaksa kan sakit L

Ternyata, ini juga berlaku buat menulis. Entah kenapa, menulis menjadi kegiatan pelarian, yang tentu itu buruk sekali, tapi ketika aku patah hati, atau sedang sangat stress…aku menulis. Iya, tulisan di blog ini tentu saja tujuh puluh persen didedikasikan untuk diri sendiri. Jadi, jangan salah. Aku tak maksud menggurui, aku cuma “curhat”.

Perasaan bersalah memaksakan diri untuk menulis, ini menyakitkan.

Di satu sisi, aku merasa, harus produktif… Menghasilkan tulisan-tulisan yang bisa dikenang kalau aku sudah mati kelak. 

Well, kau harus tau, ada seorang sahabatku yang sudah pergi duluan, dan caraku mengenangnya adalah dengan mengunduh seluruh tulisannya dan mencetaknya untuk disimpan di sebuah map bening di kamar. Ketika aku merindukannya…. Aku akan membaca-baca lagi tulisan-tulisannya. Aku percaya bahwa, cara seseorang menulis menunjukkan siapa dirinya. Vandi, nama temanku itu, sangat baik dan bijak. Itu semua tertuang dalam tulisan-tulisannya yang sederhana, cerdas, namun penuh substansi. Aku suka sekali cara dia bertutur melalui tulisan, dan dari situ, aku membayangkan, ia sedang berbicara di depan mukaku. 

Ah, aku merindukannya.

Lalu?

Sekarang aku mau menulis apa?

Tidak tahu. Aku juga tak bisa memaksa, kan?

Nanti sakit L


2 komentar:

Menulis lah karena kamu memang pengen menulis. Saya juga begitu. Kalau lagi pengen nulis ya bisa hampir setiap hari update blog. Kalau lagi malas, ya malas. Entah berapa hari blog bisa dicuekkin. Yang penting tetaplah menulis. Kalaupun nanti ada masanya hiatus, jangan lama-lama. Tulisanmu bagus-bagus. Saya pasti nanti merindukan tulisanmu. :)

Hai kakak kimi.... kayaknya kita pernah ketemu ya? Hihi.... Thankyouuu.... btw, aku mau ikutin blogmu ya *Salaman*

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More