Selasa, 03 Juni 2014

A Timeless Moment of Love


Rena sayangku,
Apa kabar? Semoga kau membaca surat ini dalam keadaan sehat.
Aku mengisahkan cerita ini dari balik jendela sebuah kapsul yang berjalan begitu cepat, secepat bagaimana engkau mengedipkan mata. Blink. Dan kau sudah berada di bintang lain dalam pusat galaksi ini.

Otakku mungkin tak dapat memproses informasi secepat aku mengedipkan mata. Artinya, kerja memoriku tak secepat waktu yang berlalu di sekitar saat ini. Aku entah sedang berada di mana. Yang pasti, aku sedang ditugaskan untuk sebuah misi. Itu tak penting. Aku sudah menyelesaikannya. Toh, hanya sebuah perbaikan biasa saja. Ada beberapa komponen satelit yang tak berfungsi, dan sudah menjadi kewajibanku untuk membenahinya sebelum ia benar-benar tak berguna.

Kau tau? Kabar bagusnya adalah, di sistem galaksi yang sesuatu berjalan begitu cepat ini, kau menyadari betapa waktu sebetulnya bukan hal yang patut dikhawatirkan. Ia bisa sangat manipulatif. Kuberitahu ya, seperti saat aku sedang berada bersamamu. Waktu yang terlampau manis yang kita lewati bersama itu memang menyenangkan. Sayang harus berakhir. Tapi, meski aku sempat menyesalinya selama hampir separuh hidupku, aku kini paham. Semenjak menginjakkan kaki ke satelit rusak beberapa saat lalu, aku mengingatmu.

Dalam setiap putaran obeng dan hitungan matematis yang kulakukan, yang terbayang adalah wajah manismu ketika menyiapkan sarapan setiap pagi. Kau cantik sekali saat itu, Rena. Bagaimana aku bisa lupa?

Aku sekarang mengerti bahwa, sebetulnya jiwa yang memiliki hubungan antarmanusia. Bukan jarak maupun waktu. Jiwa kita tidak memiliki dimensi, sayang. Aku begitu menguatkan keyakinan sejak tabung oksigen mulai mengempis dan aku harus segera pulang setelah misi selesai. Tetap saja, sunggingan senyummu yang membuatku bernapas biasa saja meski sempat tercekik di ruang hampa udara ini. Kau lah oksigenku yang sesungguhnya, Rena. Maafkan, bukannya aku mencoba merayu, namun, aku mengatakan yang sesungguhnya.

Rena sayang,
Kau tau bukan? Kalau di sini, waktu tidaklah terlalu penting. Semua berjalan begitu cepat, otakku memutar begitu lambat, dan wajahmu yang selalu kuingat. Aku merindukanmu, Rena. Aku saat ini paham, bahwa, cintaku padamu tidak terikat jarak dan waktu. Aku masih memiliki perasaan yang sama, seperti ketika pertama kali kita bertemu, lalu aku melingkarkan cincin di jari manismu, dan kau selalu menyiapkan sarapan pagi untukku, hingga pada akhirnya kau harus pergi.

Aku tak bisa menahanmu. Aku kini rela melepasmu, Rena sayang. Istirahatlah dengan tenang. Waktu tidak terlalu penting, Rena. Cepat atau lambat, aku pun demikian sepertimu.

Antah berantah, 20/03/2017
John Broedy

--a fictional story of Shei Layla

1 komentar:

Quality time akan lebih mengesankan dibandingkan dengan quantity time...nice story...terharu

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More