Senin, 28 April 2014

Berburu Sampah di Kelas Save Street Child


Halo! Senang sekali akhirnya saya bisa mengisi blog ini lagi. Maaf agak lama untuk menulis lagi, saya tadi harus membersihkan sarang laba-laba saking lamanya blog ini ditinggal.. Hihi…

Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman setelah bermain dan bersenang-senang dengan adik-adik dari #KelasKpBeringin Save Street Child, Sabtu (26/04) lalu. Setelah dari Posko ODOS untuk rapat perencanaan transformasi gerakan tanggap bencana tersebut menjadi institusi berbadan hukum, saya bertolak menuju ke Kampung Beringin, Pondok Cina, Depok.

Di antara deretan lapak pemulung, ada gang kecil yang pasti penuh anak-anak jika anda melewatinya pada pukul 4 sore sampai 6 petang. Rumah kontrakan salah satu warga dijadikan pusat belajar oleh Save Street Child.

Karunia Dwijayanti, yang pada sore itu sedang berulang tahun, adalah kepala sekolah Kelas Kampung Beringin (Selamat ulang tahun, kak Nia!). Dia adalah seorang yang sangat ramah dan baik, serta berkepribadian hangat. Tak ayal, anak-anak mencintainya. Relawan pengajar yang membantu Kak Nia (begitu kami menyebutnya), adalah Kak Indy, Kak Kafi, Kak Ipung, Kak Fina, dan masih banyaaak lagi. Saya nggak hapal. Karena memori otak saya belum di-defrag. Masih penuh dengan kenangan masa lalu *ditabok*

Kelas Kampung Beringin adalah kelas yang sederhana dengan piranti-piranti mengajar ala kadarnya, namun, diselenggarakan dengan penuh cinta setiap minggunya. Saya sangat beruntung bisa menghabiskan sore yang sejuk bersama adik-adik dan kakak-kakak yang penuh semangat.

Jadi ya…..
Kepikiran banget untuk mencipta sebuah permainan yang bisa melatih ketangkasan dan kreativitas anak-anak. Di suatu malam yang agak dingin, karena, Jakarta sedang musim hujan…. Saya menghubungi Kak Nia melalui aplikasi chat di handphone dan menawarkan diri untuk mengajar.

Alhamdulilah, proposal saya diterima, saya pun bersemangat untuk mempersiapkan materi pengajaran untuk Sabtu sore mendung tadi.

Saya pun menciptakan permainan klasik yang bisa dilakukan siapa saja. Namanya adalah: TRASH-SURE HUNT!

Iya, “treasure” itu harta karun kan ya? Nah, kalau diganti jadi “trash” artinya, kudu dicari dari sampah-sampah… Hehe…. Adek-adek awalnya sebel, tapi akhirnya mereka berlomba-lomba memilah sampah yang ada di sekitar. Hihi….

Barang penunjang yang dibutuhkan untuk “Trash-sure Hunt” adalah:

1)      Lem Fox


2)      Kertas HVS


3)      Crayon/Spidol/Pensil Warna


4)      Sampah-sampah yang dikumpulkan anak-anak
5)      Imajinasi

P.S:
Kakak-kakak relawan tak perlu memberi contoh pada anak-anak, karena, contoh dari kamu itu nantinya jadi standar pengerjaan prakarya, anak-anak jadi tidak bebas mengeksplorasi imajinasi mereka.
Selamat mencoba ya!
Dan,
Selamat dikomplain anak-anak yang tangannya lengket karena lem PVC ahaha….

Gallery
 Foto 1: Sebelum mulai berburu, saya memberi brief singkat pada anak-anak.

Foto 2: GO! Anak-anak mulai berburu sampah

Foto 3: Proses pengerjaan prakarya,"Kak..lengket kaak". Yaudah.

 Foto 4: Ini hasil karyaku! Judulnya "Aku dan Rumahku"

  Foto 5: Ini hasil karyaku! Judulnya "Wajah"

 Foto 6: Ini hasil karyaku! Judulnya "Seorang anak di Rumahnya"

  Foto 7: Ini hasil karyaku! Judulnya "Rumah Kipas"

 Foto 8: Ini hasil karyaku! Judulnya "Rumah Pohon"

  Foto 9: Ini hasil karyaku! Judulnya "Kota"

 Foto 10: Ini hasil karyaku! Judulnya "Senyum"

 Foto 11: Ini hasil karyaku! Judulnya "Desa"

  Foto 12: Ini hasil karyaku! Judulnya "Bunga" dan "Pohon"

 Foto 13 Ini hasil karyaku! Judulnya "Televisi"

1 komentar:

kerenn kak! Indonesia butuh generasi kreatif&inovatif!

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More