Senin, 28 April 2014

Mencintai Anak dengan Didikan yang Benar*



Menjadi orang tua berarti menjadi individu yang tak lagi egois. Karena, pada fase tersebut, kita sudah dititipi buah hati yang harus diasuh dengan sebaik-baiknya. Sebaik-baiknya disini berarti, harus bisa diusahakan. Kalau nggak ngerti, ya nanya... Kalau nggak tau nanya siapa, ya cari info dari mana aja. Kesiapan mental bisa jadi isu utama dalam peran kita sebagai orang tua. Oleh karena itu, tak heran, pernikahan perlu perencanaan, tentu saja hal ini terkait dengan kenaikan fase yakni menjadi orang tua.

Beberapa waktu ini, sungguh sangat ironis, banyak kasus pedofilia yang ramai dibicarakan di media. Ini tentu menjadi pematah hati para orang tua,"Gimana kalau si korban itu adalah anak kita?". Mau dibawa kemana perasaan yang remuk redam, mendapati bahwa, anak yang disayang-sayang diperlakukan tak senonoh oleh penjahat?

Nah,
Saatnya membekali diri sendiri dengan ilmu-ilmu, jurus-jurus, dan antisipasi demi anak.
Sebelum ke sana, ada baiknya para orang tua memahami dulu fase tumbuh kembang anak untuk mengoptimalisasi pengasuhan. Bukankah, antisipasi lebih baik? Anak yang disayang dan diasuh secara tepat, akan memiliki daya survival yang lebih kuat dibanding anak yang kurang kasih sayang.

Saya memang belum menjadi orang tua, tapi setidaknya, saya pernah mengasuh anak-anak..Nah, catatan ini juga saya bagikan ke anda sekalian sebagai tambahan referensi. Tentunya, masih banyak psikolog anak, pakar anak, dokter anak, dan segala macamnya yang bisa dimintai nasihat dan pertolongan jika terjadi sesuatu pada anak anda.

Waktu berharga pengasuhan anak:

7 tahun pertama (0-7 tahun):
Perlakukan anakmu sebagai raja.
Zona merah - zona larangan
jangan marah-marah, jangan banyak larangan, jangan rusak jaringan otak anak.
Pahamilah bahwa posisi anak yang masih kecil, saat itu yang berkembang otak kanannya.

7 tahun kedua (7-14 tahun):
Perlakukan anakmu sebagai  atau tawanan perang.
Zona kuning - zona hati-hati dan waspada.
Latih anak-anak mandiri untuk mengurus dirinya sendiri, mencuci piring, pakaian, setrika, dll.
Banyak pelajaran berharga dalam kemandirian yang bermanfaat bagi masa depannya.

7 tahun ketiga (14-21 tahun):
Perlakukan anak seperti sahabat.
Zona hijau - sudah boleh jalan.
Anak sudah bisa dilepas untuk mandiri. Mereka sudah bisa dilepas sebagai duta keluarga.

7 tahun keempat (21-28 tahun):
Perlakukan sebagai pemimpin.
Zona biru - siap terbang.
Siapkan anak untuk menikah.

Pada masa anak-anak yang berkembang otak kanannya. Otak kiri berkembang saat usianya menjelang 7 tahun. Anak perempuan keseimbangan otak kanan dan kirinya lebih cepat. Sedangkan anak laki lebih lambat. Keseimbangan otak kanan dan kiri pada anak laki-laki baru tercapai sempurna di usia 18 tahun, sedangkan anak perempuan sudah cukup seimbang otak kanan dan kirinya di usia 7 tahun.
Luar biasa ya perbedaannya?

Ternyata ada rahasia mengapa perbedaan perkembangan laki-laki dan perempuan sedemikian timpangnya.

Laki-laki dipersiapkan untuk jadi pemimpin yang tegas dalam mengambil keputusan. Untuk itu, jiwa kreatifitas dan explorasinya harus berkembang pesat. Sehingga pengalaman itu membuatnya dapat mengambil keputusan dengan tenang dan tepat.

Sementara perempuan dipersiapkan untuk jadi pengatur dan manajer yang harus penuh keteraturan dan ketelitian.

Untuk memberi intruksi pada anak, gunakan suara Ayah. Karena suaranya bass, empuk dan enak di dengar.

Kalau suara Ibu memerintah, cenderung melengking seperti biola salah gesek. Itu bisa merusak sel syaraf otak anak. 250rb sel otak anak rusak ketika dimarahin.

Solusinya, Ibu bisa menggunakan bahasa tubuh atau isyarat jika ingin memberikan instruksi.
Suara perempuan itu enak didengar jika digunakan dengan nada sedang. Cocok untuk mendongeng atau bercerita.

Cara berkomunikasi yang efektif dengan anak:
1. Merangkul pundak anak sambil ditepuk lembut.
2. Sambil mengelus tulang punggung anak hingga ke tulang ekor.
3. Sambil mengusap kepala.
Dengan sentuhan ada gelombang yang akan sampai ke otak anak sehingga sel-sel cintanya tumbuh subur.

Silakan dicoba ya :)


*Catatan ini didapat dari seminar “Smart Parent Smart Children” yang diadakan di Has Darul Ilmi 12 April 2014. Dengan Pembicara Bunda Kurnia Widhiastuti dari Sygma Parenting Community. Saya sendiri memperoleh dari kawan, Bunda Pradipta Ayu Andini. Semoga bermanfaat. Silakan disebarkan jika perlu.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More